Pemimpin adalah Amanat bukan Tanggung Jawab  

Posted by Jumhurul Umami


Ta’atilah Tuhanmu dan ta’atilah Rasul-Nya serta ulul Amri diantara kalian (Al-Ayat)
Ayat diatas mengajarkan kepada setiap manusia agar mentaati Allah, Rasul dan Pemimpin diantara mereka.
Rasul Muhammad merupakan sosok pemimpin yang bijak dan ayom, setiap kali ada ummatnya yang mengalami masalah bliau selalu tidak segan memberikan solusi yang dapat diterima. Tak pelak bliau menjadi tempat kembali (rujukan) segala permasalahan kaumnya pada zaman itu. Ayom terhadap kaumnya yang mengalami masalah dan juga selalu melindungi kaum yang lemah bahkan dalam suatu peristiwa beliau menyerukan kepada kaumnya dan berkata “Man Adza Dhimmiyan fa ana Khasmuhu” (barang siapa yang menganiaya seorang dhimmy ‘orang selain islam yang berada diwilayah pemerintahan Islam’, maka Aku ‘Rasul’ akan memeranginya). Seruan beliau tersebut merupakan salah satu contoh ayom yang dimilikinya dan sudah menjadi kewajiban seorang pemimpin agar melindungi orang-orang selain Islam yang berada dalam Dzimmah (tanggung jawab) pemerintahan Islam.

Beliau merupakan sosok seorang pemimpin yang tegas dan tidak semena-mena memperlakukan bawahannya karena apapun tindakan yang dilakukan oleh beliau mengandung hikmah yang sangat dalam, sehingga tidak sedikit orang yang begitu segan dengan kepribadian beliau.
Terdapat suatu peristiwa ketika beliau pada saat menginspeksi pasukan perang beliau yang akan berangkat ke medan perang dan pada saat itu beliau melihat salah seorang dalam suatu barisan tersebut tidak lurus, dia adalah Sawat, seorang prajurit yang memiliki tubuh berwarha hitam sesuai dengan sebutan namanya Sawat (Hitam dalam bahasa Arab). Beliau berkata “Istaqim ya Sawat” (luruskanlah barisanmu wahai Sawat) sambil memukul tubuh hitam Sawat dan kemudian Sawatpun meluruskan barisannya. Perlakuan beliau terhadap Sawat merupakan bentuk pendidikan dari seorang pemimpin terhadap bawahannya dan sikap tegas yang ditunjukkan beliau dipatuhi juga oleh bahawannya.
Beliau juga sosok pemimpin yang bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, hingga dimasa akhir hayat beliau pernah mengatakan “barang siapa yang pernah disakiti oleh beliau dan apabila beliau memiliki hutang terhadap siapapun agar memintanya langsung ke beliau”.
Hingga saat itu ada salah satu orang yang merasa dulu pernah disakiti oleh Rasul, dia adalah Sawat, seorang prajurit yang dulu pernah dipukul oleh beliau, oleh karena itu dia ingin juga memukul Rasul sebagaimana beliau telah memukul dia. Lalu majulah Sawat mengahadap rasul dan kemudian mengutarakan niatnya untuk memukul beliau dan pada saat berhadap-hadapan dengan beliau, Rasul berkata “pukullah aku ya sawat karena aku dulu telah memukulmu”, Sawat berkata “Pada saat Rasul memukulku aku tidak mengenakan pakaian, maka sekarang saya ingin memukul Rasul tanpa mengenakan pakaian juga”. Dan pada saat Rasul menanggalkan pakaian beliau sebagaimana permintaan Sawat, akhirnya Sawat yang tadinya sangat ingin melampiaskan keinginannya untuk memukul Rasul menjadi luluh dan melepaskan kayu yang digenggamnya sambil meneteskan air mata karena dia melihat sebuah tulisan “Kalimat Tauhid” yang ada di dada Rasul. Dan pada saat itulah Sawat langsung mencium dada Rasul yang bertulisan kalimat tauhid tersebut kemudian pada saat itulah Sawat meninggal dunia dan seolah bumi dengan sepenuh hati (lengket) menerima jasadnya.
Begitulah Rasulullah Muhammad mempertanggung jawabkan apa yang pernah beliau lakukan kepada Sawat hingga di ujung ajal beliau. Karena semua yang telah dilakukan Rasul didunia akan dipertanggung jawabkan kelak di Akhirat. Menjadi pemimpin merupakan sebuah amanat yang kelak juga akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Apabila seseorang hanya menganggap bahwa menjadi seorang pemimpin hanya sebagai TANGGUNG JAWAB maka itu hanya di pertanggung jawabkan dihadapan manusia, akan tetapi apabila seseorang mengganggap bahwa menjadi seorang pemimpin adalah sebagai AMANAT maka ia akan mempertanggungkannya dihadapan manusia dan Allah.
Baca Selengkapnya...

Taubat  

Posted by Jumhurul Umami


“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.“ (An-Nur 31)
Sahabat Anas bin malik R.A. berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda:
“Seorang yang taubat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa, dan jika Allah mencintai seorang hamba, pasti dosa tidak akan membahayakannya.”
Kemuaian belau membaca Ayat: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan mencintai orang-orang yang suci.” (Al-Baqarah 222). Tiba-tiba seorang sahabat bertanya “Ya Rasululah, apa tanda taubat? Beliau menjawab “Menyesal”.
Anas bin malik juga pernah mengabarkan pada kami bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah ada sesuatu yang lebih dicintai Allah melebihi seorang pemuda yang bertaubat.”

Taubat adalah awwal tempat pendakian orang-orang yang mendaki dan maqam pertama bagi para sufi pemula. Hakikat taubat menurut arti bahasa adalah “kembali”. Kata taba berarti kembali, maka taubat maknanya juga kembali. Artinya, kembali dari sesuatu yang dicela dalam syari’at menuju sesuatu yang dipuji dalam syari’at. Dalam suatu kesempatan nabi SAW menjelaskan: “Penyesalan adalah Taubat” (hadist diriwayatkan Ibnu Mas’ud).
Orang-orang yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip ahli sunnah mengatakan, “agar taubat diterima diharuskan memenuhi 3 syarat utama, yaitu menyesali atas pelanggaran-pelanggaran yang pernah diperbuatnya, meninggalkan jalan licin (kesesatan) pada saat melakukan taubat, dan berketetapan hati untuk tidak mengulangi pelanggaran-pelanggaran serupa.”
Adapun penjelasan lebih lanjut sebagai pendalaman makna dapat dilihat pada ulasan berikut ini. Taubat memiliki sebab sebagai latas belakang masalah, tata tertib, dan pembagian. Proses pertama yang mengawali taubat adalah keterjagaan hati dari keterlelapan lupa dan kemampuan salik melihat sesuatu pada dirinya yang hakikatnya merupakan bagian dari keadaaanya yang buruk. Proses awal yang mengantarkan pada tahapan ini tidak lepas dari peran taufik. Dengan taufik Allah, salik mampu mendengarkan suara hati nuraninya tentang larangan-larangan Al-Haqq yang dilanggarnya. Hal ini sesuai dengan apa yang pernah dipesankan Allah dalam hadits Rasulullah SAW: “Sesungguhnya didalam tubuh terdapat segumpal daging, jika kondisinya baik, maka baiklah seluruh jasad. Jika rusak, maka rusaklah seluruh badan. Ingatlah, dia adalah HATI.”
Jika dengan hatinya seseorang berpikir tentang keburukan perilakunya dan melihat kenyataan-kenyataan negatif didalamnya, maka dalam sanubarinya timbul kehendak untuk taubat, tekat melepaskan diri dari semua perilaku buruk, adan Al-Haqq menyongsongnya dengan siraman cahaya keteguhan, tarikan dalam rengkuhan pengmbalian, dan penyiapan sebab-sebab yang mengantarkannya pada realisasi taubat. Dalam realisasi ini, langkah pertama adalah hijrah atau meninggalkan kawan-kawan yang buruk. Karena kalau tidak, mereka akan membawanya pada penolakan tujuan taubat serta mengacaukan konsentrasi dan tekatnya. Upaya demikian ini tidak akan sempurna kecuali menetapi secara terus-menerus musyahadah (kesaksian dan pengakuan atas dosa-dosanya) yang membuat kecintaaanya untuk bertaubat selalu bertambah dan motivasi-motivasinya mampu mendesak untuk lebih menyempurnakan tekat taubatnya dalam bentuk penguatan rasa takut dan harap.
Oleh sebab itulah dalam tingkatan maqam sufi taubat menempati urutan pertama karena jika seorang salik meninggalkan segala kemaksiatan; gumpalan-gumpalan nafsu yang memuatnya terdorong untuk selalu bermaksiat dilepas dari hatinya; dan kemudian hatinya berketetapan untuk tidak kembali pada kemaksiatan-kemaksiatan sejenisnya, maka penyesalan yang sesungguhnya mulai menjernihkan hatinya. Dia menjadi manusia yang selalu menyesali atas apa yang pernah diperbuatnya. Sepak terjangnya, perilakunya, dan keadaan-keadaan dirinya mencerminkan rasa sesal, galau dan sedih. Maka dengan demikian, dia benar-benar telah menjalani taubat yang sempurna.
Baca Selengkapnya...

Tasawwuf mengambil sumber selain Islam...?  

Posted by Jumhurul Umami


Sufi tidaklah sekedar menukil orang-orang Persia, Kristen, Yunani, atau yang lainnya; karena tasawwuf pada dasarnya berkaitan dengan perasaan dan kesadaran. Jiwa manusia adalah satu sekalipun terdapat perbedaan bangsa dan rasnya. Apapun yang berkaitan dengan jiwa manusia, lewat latihan-latihan rohaniah, memang biasa saja sama, meskipun tidak terdapat kontak diantara keduanya. Ini berarti adanya benang merah diantara pengalaman para sufi, betapapun berbedanya interpretasi antara seorang sufi yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan beragamnya budaya dimana ia hidup.
Atas dasar ini maka terdapatnya kesamaan antara tasawwuf dengan berbagai bentuk mistisisme asing tidak selalu berarti bahwa gagasan tasawwuf ditimba dari sumber-sumber lain. Yang lebih tepat ialah bahwa gagasan tasawwuf muncul dari kaum muslimin sendiri. Sebab pengetahuan mereka sepeti kata mereka, muncul dari intuisi dan pemahaman mereka sendiri. Sebagian orientalispun telah meninjau kembali dan menerima kebenaran diatas. Contohnya antara lain adalah R.A. Nicholson yang akhirnya merujukkan tasawwuf pada sumber Islam.
Abu Al-A’la Affifi dalam kata pengantarnya pada terjemah Bahasa Arab kajian-kajian sikap R.A. Nicholson, Fi At-Tasawwuf Al-Islamy Wa At-Tariqah, menyatakan bagaimana perubahan sikap R.A. Nicholson terhadap masalah pertumbuhan tasawwuf. Perubahan ini terlihat jelas dalam Encyclopedia of Religion and Ethics. Dalam artikelnya Nicholson secara terus-terang mengakui adanya faktor Islam sebagai salah satu landasan pertumbuhan dan perkembangan tasawwuf. Karena itu dia menolak kedua terori yang dikemukakan oleh Von Kramer dan lain-lainnya, bahwa tasawwuf ditimba dari sumber india dan persia dan karakteristik terpenting tasawwuf ialah Wahdatul Wujud (Pantheisme), sembari menegaskan bahwa tidak semua tasawwuf menganut doktrin tersebut. R.A. Nicholson menolak terdapatnya corak pantheisme ini, sekalipun pada al-Hallaj ang diriwayatkan pernah berkata: “Aku inilah yang maha benar” (Ana al-Haq), atau umar ibn Al-Faraid yang pernah berkata “Aku inilah dia” (Ana Hua), atau bahkan abu Yazid Al-Busthami (188-261 H) yang diriwayatkan pernah berkata: “Maha suci aku, betapa Maha besar Aku (Subhani, Ma A’dzama Sya’ni). Menurut R.A. Nicholson aliran panteisme dalah tasawwuf justru baru muncul pada masa Ibn ‘Arabi yang meninggal pada 638 H.
“Semua pemikiran yang dipandang sebagai unsur-unsur luar yang merembes dalam kalangan kaum muslimin ataupun hasil kebudayaan asing yang non-Islam, sebenarnya muncul dari Asketisme (Zuhd) maupun tasawwuf yang tumbuh dalam Islam itu sendiri, yang keduanya benar-benar bercorak Islam. Bahkan Nicholson dengan jujur mengakui keterpengaruhan dunia Barat Kristen oleh tasawwuf, sebagaimana katanya: “Mengenai hal-hal yang berkenaan dengan mistisisme, tentang aspek-aspek psikologis dan teoritisnya, sampai saat ini barat masih banyak belajar dari kaum muslimin. Hanya sampai sejauh mana barat telah benar-benar belajar dari para pemikir dan sufi Islam pada abad-abad pertengahan, ketika cahaya filsafat dan ilmu pengetahuan yang memancar dari pusat-pusat kebudayaan di Spanyol menerangi seluruh Eropa-Kristen, inilah yang masih merupakan masalah yang membutuhkan penelitian dan pengkajian yang terinci. Tapi yang pasti, hutang barat terhadap kaum muslimin begitu besarnya. Bahkan adanya hal yang benar-benar aneh kalau para tokoh seperti Santo Thomas Aquinas, Echart, dan Dante dianggap tidak terkena dampak sumber ini. Karena toh tasawwuf merupakan medan yang mempererat kontak antara Kristen zaman pertengahan dengan yang Islam.”
Baca Selengkapnya...

Syarat Peminangan Rabi'ah Al-Adawiyah  

Posted by Jumhurul Umami


Rabi'ah Al-Adawiyah merupakan tokoh sufi yang dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin, mulai pada saat dia dilahirkan hingga ia tumbuh dewasa. Bapaknya hanyalah seorang pengangguran dan memang memiliki pendirian yang sangat teguh dengan agamanya hingga ketika pada saat detik-detik akhir akan terlahirnya seorang rabi'ah Al-Adawiyah dia telah berjanji tidak akan meminta-minta/memohon kepada orang lain/ciptaan Allah karena dia memiliki pendirian yang teguh bahwasannya hanya Allahlah tempat kita meminta dan memohon.

Dengan bujukan istrinya untuk meminta secarik kain untuk selimut untuk menyelimuti sang jabang bayi dan sedikit minyak untuk menerangi ruhamnya yang gelap gulita akhirnya bapak rabi'ah mendatangi rumah tetangganya dan mengetuk pintu untuk mendapatkan barang tersebut. Setelah beberapa kali mengetok daun pintu rumah tetangganya hingga untuk ketiga kalinya dan tidak ada seorangpun yang membuka pintunya dan akhirnya dia pulang dengan tangan hampa akan tetapi dia juga bersyukur karena dia tidak mengingkari apa yang telah dijanjikan kepada Allah bahwa dia tidak akan meminta-minta kepada seseorang kecuali Allah.
Dengan rasa sedih karena putri keempatnya akan terlahir tanpa sehelai kainpun untuk selimut dan penerangan akan tetapi semuanya tetap disyukuri oleh keluarga miskin Rabi'ah Al-Adawiyah.
Keprihatinan yang menimpa rabi'ah kecil telah menempanya menjadi seorang sufi yang rendah hati. Kesederhanaan dan keteguhan hatinyanya dalam memegang keyakinan beragamannya telah mengantarkan dia kepada CINTA ILAHIYAH diatas segalanya, tiada seorangpun yang dicintainya kecuali Allah. Hingga ada beberapa ulama besar yang datang kepada rabi'ah dan ingin meminangnya, diantaranya adalah Hasan Bashri, Malik bin Dinar dan Tsabit al-Banani.
Dalam kisahnya Hasan memulai pembicaraan dan berkata "wahai rabi'ah, nikah itu merupakan sunnah Rasulullah SAW, untuk itu silahkan engkau memilik salah seorang diantara kami sebagai calon suamimu." Rabi'ah berkata "baiklah tuan-tuan yang terhormat namun aku berhak mengajukan syarat. Selama ini aku mempunya beberapa permasalahan, barangsiapa diantara kalian yang mampu memecahkan permasalahan itu, dialah yang berhak menikahi diriku, ". Rabi'ah kemudian melontarkan masalahnya yang b\pertama kepada Hasan Al-Bashri untuk memecahkannya.
"Menurut tuan, kelak di hari kiamat aku termasuk golongan mana? apakah aku termasuk golongan yang akan masuk neraka atau yang akan masuk surga?", Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti". Lalu Rabi'ah berkata lagi, "Menurut tuan, aku ini termasuk manusia yang celaka atau manusia yagn bahagia, ketika Allah SWT menciptakan diriku dalam kandungan ibuku?", Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti". Pertanyaan berikutnya, "Menurut tuan, aku termasuk golongan yang mana ketika seseorang diseru nanti, apakah golongan yang diseru "janganlah kamu gentar atau bersedih", ataukah golongan yang akan diseru, "Tidak akan ada rasa gembira bagimu"? Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti". Selanjutnya, "Menurut tuan, kuburanku nanti termasuk taman surga atau galian neraka?" Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti". Kemudian "Menurut tuan, wajahku kelak dihari kiamat termasuk wajah yang putih berseri ataukan wajah yang hitam kelam dan bermuram durja?" Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti". Lalu Rabi'ah menyampaikan pertanyaan yang terakhir "Menurut tuan, aku termasuk golongan yang mana kelak dihari kiamat, ketika masing-masing manusia dipanggil, 'Fulan bin fulan bahagia, ataukah dipanggil 'Fulan bin fulan celaka'?" Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti" sambil menahan malu.
Akhirnya ulama'-ulama' tersebut pulang dari rumah Rabi'ah dengan tangan hampa dan penuh penyesalan, tidak ada satu orangpun yang mendapatkan hati Rabi'ah sang Sufi agung dengan CINTA ILAHIYAH-nya. Kecintaan Rabi'ah terhadap Allah mengalahkan segalanya yang ada didunia. Dari sekian banyak tokoh sufi yang ada hanya Rabi'ah Al-Adawiyahlah yang hingga saat ini tidak ditemukan karyanya tentang konsep Mahabbah sufi yang dianutnya padahal banyak sekali karya-karya setelah dia yang menulis konsep pemikiran Mahabbah Rabi'ah Al-Adawiyah
Baca Selengkapnya...

Orang 'Alim Vs Orang Jahil  

Posted by Jumhurul Umami


Al-Alimu kabirun wa in kana Hadatsan, wa al-Jahilu shaghirun wa in kana syaikhan, Ta'allam fa laisa al-mar'u yuladu aliman, wa laisa akhu ilmin kaman hua Jahil.
"Seorang Ahli ilmu itu dikatakan sebagai seorang yang besar meskipun secara 'fisik' dia kecil dan seorang yang Jahil itu dikatakan sebagai seorang yang kecil meskipun secara 'fisik' dia besar/tua. Belajarlah karena tidak semua orang itu dilahirkan dalam keadaan pandai/pintar dan tidaklah sama seorang yang berilmu dengan seorang yang Jahil."
Ada juga sebuah kisah Rasulullah SAW ketika beliau hendak pergi ke masjid, sesampainya de depan pintu masjid, beliau melihat Iblis tengah berada disana 'masjid', lalu beliau bertanya "hai iblis, mengapa engkau berada disini?, apa yang hendak kamu lakukan?", iblis menjawab, "sebetulnya aku hendak masuk kedalam masjid untuk menggoda orang-orang yang sedang shalat, namun aku tidak mempunyai kekuatan, karena aku takut terhadap orang yang sedang tidur itu, dan akibatnya rencanaku gagal". lalu Rasullullah SAW bertanya lagi, "Hai iblis, mengapa kamu tidak takut kepada orang yang tengah shalat, padahal di sedang beribadah dan bermunajat kepada Allah, mengapa yang kamu takuti itu malah orang yang sedang tertidur?" iblis menjawab, "orang yang sedang mengerjakan shalat itu adalah orang bodoh dan gampang diperdaya, sedangkan orang yang sedang tertidur itu adalah orang 'Arif, jika aku memperdaya dan merusak shalat si bodoh itu, aku khawatir si 'Arif terbangun dan membetulkan shalatnya si bodoh itu.
lalu Rasulullah SAW berkata, "Tidurnya seorang 'Ulama 'Arif ('Alim) itu lebih utama daripada ibadahnya orang bodoh."

Dari cerita diatas kita dapat mengambil hikmah bahwasannya betapa berharganya sebuah ilmu dan betapa tingginya derajat seorang yang berilmu. Dan perbedaan antara keduanya begitu mencolok hingga Rasulullah berkata tidurnya seorang alhi ilmu saja lebih utama daripada shalatnya orang bodoh. Masih banyak masyarakat yang tidak merasakan betapa pentingnya pendidikan apalagi bagi masyarakat yang masih awam yang masih buta tentang arti pentingnya pendidikan. Biaya pendidikan yang relatif masih mahal membuat semakin tak berdayanya masyarakat Indonesia saat ini, meskipun pemerintah telah mengucurkan dana yang tidak bisa dibilang kecil untuk pendidikan akan tetapi esensinya belum dapat dirasakan masyarakat secara luas.
Betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia apalagi seiring dengan perkembangan teknologi saat ini. Pendidikan formal baik sekolahan umum maupun sekolahan agama. Wujud suatu instansi pendidikan memang menciptakan karakter pada siswa-siswanya sehingga keluarannyapun akan menciptakan karakter-karakter bidang pendidikan yang militan, dan bagaimanapun pendidikan akhlaq haruslah tetap diutamakan pada sekolahan-sekolahan yang ada. Masih banyak PR buat kalangan akademisi pendidikan di Indonesia saat ini dalam merumuskan kurikulum dengan balancing pendidikan umum dengan pendidikan agama karena sekolah tidaklah memiliki nilai yang berarti seandainya keduanya tidak ada keseimbangan. Dulu pendidikan akhlak tidak begitu diperhatikan karena pendidikan tersebut hanya akan memenui kuota kurikulum dalam sekolahan. Terjadinya banyak tawuran, perkelahian antar pelajar dan lain sebagainya termasuk pukulan telak bagi para pendidik dalam mencetak kader-kader bangsa yang berbudi tinggi dan berakhlak mulia.
Ada kata-kata hikmah yang perlu direnungi dan dihayati "Jadilah ulama' yang intelek bukan intelek yang hanya tahu tentang agama".
Baca Selengkapnya...

Kiamat Tahun 2012...???  

Posted by Jumhurul Umami


Salah satu stasiun televisi swasta pernah menayangkan dialog dengan seorang anak indigo yang disinyalir mengetahui kapan kiamat akan tiba. Dan bahkan anak tersebut mengatakan dengan polosnya bahwasannya kiamat akan terjadi di tahun 2012 karena ditahun tersebut akan terjadi banyak bencana. Bahkan dalam buku ‘Apocalypse 2012’ (Lawrence E.Joseph: 2007), penulis berdarah Lebanon yang menjabat sebagai Ketua Dewan Direksi Aerospace Consulting Corporation di New Mexico ini dipaparkan dengan sangat jelas dan juga ilmiah tentang kemungkinan terjadinya bencana alam di tahun tersebut. Diantara bencana itu adalah: siklus aktivitas matahari yang memuncak di tahun 2012 yang menyebabkan panas yang luar biasa di bumi, terlebih atmosfer kita sudah mengalami penipisan dan bolong di beberapa bagian sehingga selain memanaskan bumi dengan radikal juga melelehkan es di kutub dan juga menimbulkan badai serta topan yang dahsyat.

Sebenarnya bakat alamiah yang dimiliki anak tersebut masih ada batasnya, jadi tidak harus menelan mentah-mentah apa yang dikatannya begitu juga ramalan penulis berdarah lebanon dalam bukunya 'Apocalypse 2012' diatas. Dalam islam memang kita harus percaya sesuatu yang nyata dan yang gaib akan tetapi seluruhnya itu ada batasan yang tidak dapat dilewati manusia. Apalagi yang diperbincangkan adalah 'KIAMAT' suatu peristiwa yang hanya diketahui oleh Allah dan tidak ada seorangpun ciptaan-Nya mengetahuinya.

Penekanannya adalah keterbatasan kemampuan manusia, dan tidak ada manusia super di dunia ini yang dapat melakukan apa saja, mungkin banyak manusia yang termakan cerita-cerita fiktif yang heroik sehingga berasumsi bahwasannya ada manusia super didunia ini. Kehebatan Clark Kent dalam film Superman tidaklah bisa menyamai ke 'SUPERAN' pencipta Alam ini, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh heroik fiktif lainya. Ketika kita berbicara realita kehidupan ini, tidaklah pantas seandainya manusia membicarakan kapan KIAMAT tiba atau bahkan pada taraf menentukan KIAMAT pada tahun 2012 dan apabila ada orang yang berbicara tentang kiamat tiba pada tahun 2012 bolehlah dikatakan sebagai orang yang menembus batas-batas kewajarang sebagai manusia dan seolah mendeklarasikan ke-Tuhanan dia 'Nau'udzu billah'.
Tafakkaru fi Al-Khalqi wa la tafakkaru fi Al-Khaliqi Fa Innakum la Tuqaddiruna Qadrahu (Berfikirlah pada hal-hal yang diciptakan Allah dan janganlah kamu berfikir akan Dzat Allah, maka sesungguhnya diantara kamu tidak akan mampu menjangkau-Nya). Wa'allahu 'Alam.
Baca Selengkapnya...

Pahala atau Dosa....?  

Posted by Jumhurul Umami


Sesungguhnya manusia diciptakan dari debu dan akan juga kembali menjadi debu. Ketika Adam diciptakan oleh Allah banyak sekali pertentangan termasuk sang syaithan yang paling menentang terciptanya Adam (Manusia/Pria pertama) dimuka bumi ini. Syaitan sampai tidak mau tunduk kepada Adam meskipun Allah telah menyuruh seluruh ciptaannya tunduk kepada Adam. Betapa Allah menciptakan manusia dengan segala kelebihannya, begitu mulia,dihadapan makhluk ciptaan-Nya yang lain.
Manusia begitu mulia karena memiliki akal dan nafsu, dan dua unsur tersebut tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan-nya yang lain. Syaitan diciptakan oleh Allah hanya memiliki nafsu sehingga yang ada hanyalah iri, dengki dan segala sifat jelek lainnya. Syaitan tidak memiliki akal untuk menimbang manakah yang baik dan manakah yang benar dan syaitan tidak pernah berfikir positif selama hidupnya. Malaikat diciptakan oleh Allah hanya memiliki Akal sehingga yang ada hanyalah kata taat kepada penciptannya "sami'na wa atha'na", itulah gambaran sosok malaikat yang tidak memiliki nafsu sehingga selalu mentaati apa yang diperintahkan Allah kepadanya.
Sedangkan manusia (Adam) diciptakan, memiliki keduanya 'Akal dan nafsu', oleh sebab itulah Allah begitu mengistimewakan Adam karena Adam termasuk ciptaan-Nya yang lengkap (Ahsana At-Taqwim).
Akal dan nafsu seolah menjadi sebuah bagian terpenting dalam penciptaan Adam, akan tetapi yang harus kita pahami lebih dalam adalah mengapa Allah menanamkan 2 unsur bertolak belakang tersebut pada sosok Adam? Apa tujuannya?
Maha besar Allah dengan segala yang diciptakannya,Allah merupakan sutradara paling handal, penata skenario paling top dan segala yang Maha ada padanya. Allah telah menciptakan Syaitan dengan nafsunya, Allah telah menciptakan Malaikat dengan Akalnya, dan Allah juga menciptakan Manusia dengan kedua unsur diatas 'akal dan nafsu'. Penciptaan Adam memunculkan istilah Pahala dan Dosa sebagaimana yang biasa kita dengan hingga kini. Barang siapa mengedepankan Akal pada kebenaran maka Pahala yang akan didapatkan manusia dan apabila manusia mengedepankan nafsunya maka hanya Dosalah yang akan didapatkannya.
Terciptanya Adam memberikan pelajaran penting yang patut dianut oleh manusia keturunannya. "Manusia akan memperoleh derajat paling tinggi apabila selalu mengikuti akal dan melakukan kebaikan dengan pertimbangan akalnya, dan manusia akan memperoleh derajat yang hina apabila mengedepankan nafsunya".
Baca Selengkapnya...

Manusia 100 juta  

Posted by Jumhurul Umami


Saat ini kita dikejutkan publikasi tentang sewa rahim yang ada dimedia televisi maupun cetak. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat ilmuan kedokteran mengembangkan suatu metode untuk membantu manusia yang belum bisa mendapatkan keturunan dengan yang biasa kita kenal Injeksi sperma ke Ovum (sel telur) dan diletakkan kedalam sebuah tabung sehingga perkembangan teknologi kedokteran bisa kita kenal dengan "Bayi Tabung". Ketika perkembangan teknologi kedokteran telah pada tahap diatas yang juga masih mengalami perdebatan dikalalangan ulama',permasalahan tersebut tidak menghilangkan sugesti manusia untuk mendapatkan keturunan, dan apapun jalannya dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkannya.
Entah apa yang ada di otak manusia sehingga mata dan hati mereka menjadi buta tentang jalan pintas mendapatkan keturunan. Dengan menyewa sebuah rahim ke orang lain (seorang wanita) dan menanamkan Sperma (laki-laki) didalamnya,dengan proses pembuahan tersebut maka terbentuklah sebuah janin. Apakah anda tahu harga praktek sewa rahim yang sekarang lagi menjadi sorotan berbagai media tersebut? harganya mencapai ratusan juta belum termasuk lagi tabungan deposit yang biasanya diminta oleh sang perempuan yang disewa rahimnya untuk menjadi ibu sementara dari seorang pasangan suami-istri yang lain.
Harapan memiliki keturunan kadang menjerumuskan manusia kedalam lubang (kebathilan) yang sangat dalam apabila mereka menganggap sewa rahim merupakan jalan satu-satunya untuk memperolek keturunan. Yang perlu diingat lagi oleh manusia adalah, siapakah yang memberikan semua nikmat yang ada didunia ini? siapakah yang memberikan seorang bayi (keturunan) untuk pasutri? dan jawaban dari semua pertanyaan diatas adalah ALLAH. Allah yang memberikan segala nikmat dan keturunan bagi pasutri jadi jangan pernah ada anggapan bahwa cara-cara diatas (menyewa rahim) adalah "solution out" terbaik.
"Dan Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu , dan memberimu rezki dari yang baik-baik . Maka mengapa mereka berimankepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ? " QS-al Nahl 16:72. Wallahu A'lam
Baca Selengkapnya...