Antara Syari'at ,Hakikat dan Ma'rifat  

Posted by Jumhurul Umami


Dalam hadits Jibril yang masyhur diriwayatkan oleh umar ibn khattab r.a. telah disebutkan pembagian agama kepada tiga rukun, dengan dalil ucapan rasulullah s.a.w, kepada umar, “Sesungguhnya dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian”. (HR. Muslim dan Ahmad).

Rukun pertama : Islam
Segi amal yang terdiridari ibadah, muamalah dan perkara-perkara ubudiyah. Adapun tempatnya adalah anggota badan yang lahiriyah. Para ulama mengistilahkannya dengan SYARI’AT. Dan orang-orang yang khusus mempelajarinya adalah para ulama’ figh.

Rukun kedua: Iman
Segi keyakinan hati yang terdiri dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta qadha dan qadar. Dan orang-orang yang khusus mempelajarinya adalah para ulama’ Tauhid.

Rukun ketiga: Ihsan
Sisi rohani dan hati yang berarti bahwa engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak yakin melihat-Nya, maka yakinlah sesungguhnya Dia melihatmu. Para ulama mengistilahkannya dengan nama HAKIKAT. Dan orang-orang yang khusus mempelajarinya adalah kaum sufi.

Untuk memperjelas hubungan antara SYARIAT dan HAKIKAT, kita berikan contoh shalat.
Melakukan gerakan-gerakan shalat dan pekerjaan-pekerjaan lahiriahnya, memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya,serta hal-hal lain yang disebutkan oleh para ulama figh, merupakan sisi SYARI’AT, yaitu JASAD SHALAT. Sedangkan hadirnya hati bersama Allah dalam shalat merupakan sisi HAKIKAT yaitu ROH SHALAT.
Jadi, gerakan-gerakan shalat dengan anggota badan adalah jasad shalat dan khusu’ adalah rohnya. Lalu apakah manfa’at jasad tanpa roh? Sebagaimana roh membutuhkan jasad sebagai tempatnya berdiri, begitu juga jasad membutuhkan roh yang dengannya dia berdiri. Oleh karena itu, “Dirikanlah shalat dan keluarkan zakat.” (QS.Al-Baqarah:110). Mendirikan sesuatu tidak akan bisa dilakukan kecuali dengan adanya jasad dan roh. Oleh karena itu, Allah tidak mengatakan, “adakanlah shalat”.
Dari sini kita mengetahui hubungan yang erat antara SYARI’AT dan HAKIKAT,sebagaimana halnya hubungan antara roh dan jasad. Seseorang mukmin yang sempurna adalah yang dapat menggabungkan antara SYARI’AT dan HAKIKAT. Dan inilah arahan kaum sufi untuk sekalian manusia, berdasarkan jejak rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya yang mulia.
Untuk mencapai maqam yang mulia dan iman yang sempurna ini, seseorang harus menempuh jalan (tarekat), yaitu jihad melawan nafsu, meningkatkan sifat-sifatnya yang kurang menjadi sifat-sifat yang sempurna, dan meniti maqam-maqam kesempurnaan dengan pengawasan para mursyid. Inilah jembatan yang akan mengantarkan dari syariat menuju hakikat.
Sayyid berkata, “Tarekat adalah jalan khurus bagi orang-orang yang menuju Allah, dari suatu tingkatan ke tingkatan yang lain.”
Jadi SYARI’AT adalah dasar,TAREKAT adalah sarana dan HAKIKAT adalah buah. Ketiga hal ini saling melengkapi dan saling berkaitan.
Barang siapa yang telah berpegang teguh pada yang pertama (Syari’at), maka dia akan menempuh yang kedua (Tarekat), lalu sampai pada yang ketiga (Hakikat). Tidak ada pertentangan dan perlawanan diantaranya. Oleh karena itu kaum sufi berkata dalam kaidah mereka yang terkenal, “Setiap hakikat yang melanggar syari’at adalah kezindikan.” Dan bagaimana bisa hakikat melanggar syari’at, sementara dia merupakan hasil dari pelaksanaannya.
Ahmad zaruq berkata, “Tidak ada tasawuf kecuali dengan figh, karena hukum-hukum Allah yang zahir tidak akan diketahui kecuali dengannya. Tidak ada figh kecuali dengan ketulusan dan konsentrasi kepada Allah. Dan tidak ada keduanya (Tasawwuf dan Figh) kecuali dengan adanya iman, karena keduanya tidak akan sah tanpa iman. Semuanya merupakan keharusan, karena semuanya saling berkaitan, sebagaimana hubungan antara jasad dan roh. Tidak ada roh kecuali dalam jasad dan tidak ada kehidupan bagi jasad kecuali dengan adanya roh. Maka pahamilah.”
Malik berkata, “Barangsiapa bertasawuf tanpa berfigh, maka ia telah zindik. Barangsiapa befigh tanpa bertasawuf, maka dia telah fasik, dan barangsiapa mengumpulkan keduanya, maka dia akan sampai pada hakikat.”
Yang pertama dikatakan zindik karena dia melihat kepada hakikat tanpa melaksanakan syari’at. Dengan sombong, dia mengatakan bahwa manusia mempunyai pilihan dalam semua urusan. Dia adalah seperti yang dikatakan seseorang penyair.

Dia melemparkannya di sungai dengan tangan terikat lalu dia berkata, “Awas, awas, jangan sampai engkau basah terkena air.”

Dengan semua itu, dia telah merusak hukum-hukum syari’at dan pelaksanaannya, serta menghancurkan hikmah syari’at dan pengamatan terhadapnnya.
Yang kedua dikatakan fasik karena hatinya belum dimasuki cahaya takwa, rahasia keikhlasan, kesadaran akan adanya pengawasan Allah dan muhasabah, sehingga dia belum terhindar dari maksiat dan berpegang teguh pada sunnah.
Adapun yang ketiga dikatakan telah mencapai hakikat karena dia telah menggabungkan semua rukun agama, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan yang terkumpul dalam hadits Jibril a.s.
Sebagaimana para ulama zahir menjaga batasan-batasan syari’at, ulama tasawuf menjaga adab-adab dan roh syari’at. Sebagaimana diperbolehkan bagi ulama zahir untuk berijtihad dalam menyimpulkan dalil-dalil dan mengeluarkan hukum, begitu juga diperbolehkan bagi para ahli makrifat untuk menyimpulkan adab dan metode untuk mendidik para murid dan para salik.
Para salaf saleh dan kaum sufi yang tulus telah mengaktualisasikan penghambaan yang benar dan Islam yang sesungguhnya,karena mereka menyatukan antara, tarekat dan hakikat. Mereka benar-benar adalah ahlisyari’at dan hakikat yang menunjukkan manusia ke jalan yang lurus.
Sesungguhnya jika agama kosong dari hakikat, maka akarna akan kering, ranting-rantingnya akan layu dan tidak akan berbuah.
Baca Selengkapnya...

Buah Keyakinan  

Posted by Jumhurul Umami


Keyakinan akan membentuk mental seseorang,sebagaimana keyakinan beragama kita. Kita percaya adanya Tuhan dan secara otomatis kita akan mendapatkan Tuhan ada disisi kita dan ketika kita yakin Tuhan ada dekat dengan kita maka kita akan selalu berdoa dan memohon kepada-Nya agar selalu mendapatkan perlindungan darinya. Begitulah kira-kira keyakinan positif yang dapat dideskripsikan. Begitu pula sebaliknya, orang-orang Atheis yang tidak mempercayai adanya Tuhan, maka Tuhanpun tidak akan hadir disisinya karena menafikan keberadaannya. Keyakinan seseorang dengan agama dan Tuhannya akan membuahkan hasil "Taat beragama", dengan kata lain seseorang akan mendapatkan manifestasi dari apa yang dia usahakan. Keyakinan juga yang mendekatkan jarak antara makhluk dan Khalik-nya.
Dalam kehidupan manusia saat ini, menjaga keyakinan merupakan hal yang mutlak karena apabila keyakinan seseorang telah goyah maka goyah pulalah kehidupan dunianya hingga akhir nanti,apalagi seseorang yang goyah keyakinan terhadap Tuhannya. Seorang penulis terkenal Gede Prama pernah mengatakan:keberhasilan maupun kegagalan adalah buah dari keyakinan seseorang. “Keberhasilan itu berawal dari keyakinan. Dan kita bisa mengubah banyak sekali hal lewat keyakinan,” katanya. Sayangnya menurut Gede, keyakinan orang sering terbelenggu oleh pikiran-pikiran rasionalnya serta pengalaman-pengalaman ekstrim di masa lalu. Mereka yang gagal menumbuhkan keyakinan positif –sekalipun dia sangat berpotensi-- biasanya justru gagal dalam kehidupan.
Manusia memang makhluk berakal (Rasionalis) yang mana kadang sesuatu hanya diukur dengan kekuatan akalnya dan mengenyampingkan aspek-aspek diluar akal padahal dalam penerimaan akal terdapat 2 bagian, wajib aqly (misalkan 1+1=2), contoh tersebut wajid dipercaya oleh akal dan mustahil aqly (misalkan 'besok akan turun hujan), jadi sesuatu itu memungkinkan terjadi ataupun tidak.
Alangkah baiknya segala pekerjaan yang kita lakukan, dengan penuh keyakinan karena pekerjaan tanpa keyakinan adalah kekosongan/kemustakhilan. Dan buah dari keyakinan adalah kenyataan. Wa'allahu 'Alam
Baca Selengkapnya...

Perkelahian antar siswa "Itu Biasa...!!!"  

Posted by Jumhurul Umami


Maraknya rekaman perkelahian antar siswa yang sekarang mulai beredar luas lumayan membuat para pendidik/Guru seolah kebakaran jenggot, bagaimana tidak, siswa yang didiknya selama kurang lebih 3-6 tahun ternyata tak ubahnya seorang preman jalanan yang hanya bisa adu jotos dengan siswa yang laen. sebenarnya pemandangan ini merupakan pemandangan yang tidak asing lagi bagi mata kita, banyak sekolahan di ibukota yag terlibat tawuran antar siswa, bahkan tawuran tersebut telah pada taraf yang lebih tinggi levelnya yaitu Mahasiswa antar kampus juga telah jamak kita lihat.
Apa yang sebenarnya terjadi pada pendidikan negara Indonesia? apakah Indonesia kekurangan sosok guru yang arif? dan apakah faktor siswa yang kurang memahami status mereka sebagai anak sekolahan yang terdidik? ya...lagi-lagi esensi kependidikan yang hilang dari diri seorang siswa dan dunia pendidikan Indonesia tercoreng dengan hal-hal negatif tersebut.
Ada sebuah fenomena yang unik di Jogjakarta,kota yang kental dengan budaya dan pelajarnya. Baik budaya lokal yang sudah bertahan bertahun-tahun lamanya maupun budaya import yang ada sisi positif dan negatifnya. Produsen kaos DAGADU terkenal dengan produksi kaos-kaos yang unik dan kreatif dan seolah produsen tidak kehilangan ide-ide kreatifnya. Dalam kaos tersebut biasanya terdapat berbagai tulisan yang mengangkat budaya-budaya lokal Jogjakarta maupun tulisan yang isinya banyak pesan moral untuk semua kalangan diantaranya ada tulisan yang seperti ini "SMU NGERI 1,SMU NGERI 2, dan SMU NGERI SEKALI". Dari kata-kata singkat tersebut kita dapat mengambil pelajaran betapa sekarang SMU menjadi sekolahan yang sangat menakutkan karena gambaran tentang tawuran,love-lovan hingga mabuk-mabukan.
Dalam dunia pendidikan kita temukan kata-kata ini "At-Tariqah Ahammu Minal Madah,wa Ruhul Mudarris Ahammu Min At-Tariqah",dari kata tersebut kita dapat menyimpulkan bahwasannya seorang guru memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Guru yang memiliki 'Ruh' yang mensifati dan membentuk pribadi-pribadi mulia pada semua siswanya, Guru yang memiliki kepribadian mulia yang dapat dicontoh oleh siswa-siswanya, jangan sampai murid kehilangan sosok yang dapat ditiru dan digugu (dalam istilah jawa 'selalu didengar nasihatnya').
Ada kata-kata yang sangat bijak "Syakautu ila waqi'in su'a Hifdzi Fa Arsyadany ila tarki Al-Ma'ashi, wa Akhbarani Bi Anna Ilma Nur wa Nur Allahi la yuhda li Al-'Ashy". Ada seorang siswa yang bertanya kepada Gurunya karena dia merasakan kesulitan untuk mengahafalkan sesuatu, kemudian Gurunya tersebut menyarankan agar dia meninggalkan maksiat yang selama ini dia (siswa) lakukan, dan sang Guru berkata Sesungguhnya ilmu itu adalah Cahaya (ilahi) dan Cahaya itu tidak akan diberikan kepada seseorang yang berbuat MAKSIAT.
Perkelahian,jotos-jotosan,tinju-tinjuan,tawuran dan apapun namanya, semua itu tidak mendidik dan termasuk sebuah maksiat, jadi seorang siswa jangalah berharap akan mendapatkan ilmu ataupun Cahaya Allah selama masih membudayakan hal-hal negatif diatas.
Baca Selengkapnya...

Ketika Allah Berkehendak  

Posted by Jumhurul Umami


Apa yang bisa dilakukan manusia apabila Allah telah berkehendak? Masih ingatkah ketika pertama kali kapal TITANIC dibuat pada tahun 1912? kapal yang diklaim sebagai kapal terbesar dan termegah yang pernah diciptakan oleh manusia dan bahkan diatara penumpang kapal tersebut bilang "Bahkan Tuhanpun Tidak akan bisa menenggelamkan Kapal Ini". Kesombongan manusia dihadapan Allah tiada artinya karena manusia adalah makhluk ciptaan-NYA, dan pada akhir cerita kapal TITANIC tersebut tenggelam juga karena menabrak sebuah batu karang. Kapal TITANIC yang konon berbobot 45.000 ton tersebut tenggelam hanya dengan sebuah batu karang...! sungguh ironis. Dan sekarang kita hanya mendengarkan cerita dibalik tenggelamnya kapal tersebut.
Baru-baru ini muncul fenomena menarik tentang seorang anak kecil 'Ponari biasa disebut namanya' dari Jombang dengan kemampuan sebongkah batunya di sekarang mendapatkan titel baru "Dukun" yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Apakah kesembuhan penyakit manusia ditentukan oleh batu? Ponari? atau Allah? itulah menariknya apa yang sekarang lagi terjadi di desa balongsari Jombang, tempat tinggal sang Dukun kecil Ponari.
Ahli-Ahli dibidang kedokteran geger dikarenakan praktek Ponari tersebut,bahkan MUI pun turut sibuk mengomentari apa yang telah dilakukan oleh Ponari. Kyai-kyai di daerah Jombang khususnya seolah turut sibuk tampil di televisi bahkan ada yang langsung mengadakan ceramah gratisan didepan seluruh calon pasien. Kekhawatiran para kyai memang beralasan karena ditakutkan ada pasien yang beranggapan bahwa dia disembuhkan oleh sebongkah batu atau Ponari dan itu merupakan perbuatan syirik (salah satu dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah). Ketika masyarakat kita dihadapkan dengan problema yang demikian apa langkah pemerintah...? berkomentar saja? membangun infra struktur kesehatan masyarakat? menyediakan anggaran kesehatan yang lebih untuk masyarakat miskin? masih banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada pemerintah saat ini.
Saya yakin semua orang berijtihad untuk mendapatkan kesembuhan sebagaimana orang datang ke seorang dokter untuk minta di diagnosis penyakitnya atau membeli obat untuk penyakitnya dan berharap sakit yang dia derita dapat disembuhkan. Sekarang yang jadi pertanyaan adalah apa bedanya pasien yang datang ke Dokter dan pasien yang datang ke Ponari? kita semua yakin apa yang dilakukan seluruh pasien datang ke seseorang yang ahli mengobati penyakit adalah mengharapkan kesembuhan. Boleh kita katakan kalau seseorang datang ke seorang dokter dan beranggapan bahwa Dokter tersebut dapat menyembuhkan penyakitnya juga 'Syirik' dan begitupula sebaliknya apabila pasien yang datang ke Ponari dan beranggapan bahwa Ponari dapat menyembuhkan penyakitnya.
Makanya dalam doa kita setelah solat biasanya kita memanjatkan : "Allahumma Rabba An-Nas,Adzhibil Ba'tsa Isyfi Anta Syafi La Syifa'a Illa Syifauka, Syifa'an La Yughadiru Saqaman Wa La Alaman". itu doa yang seharusnya selalu kita panjatkan kepada Allah dan berharap selalu kesembuhan dari-NYA.
Baca Selengkapnya...

BERCERMIN PADA UMAR BIN ABDUL AZIZ  

Posted by Jumhurul Umami


Ditengah isu akan melonjaknya harga minyak mentah dunia dan kebijakan pemerintah Indonesia untuk menaikkan harga BBM membuat kalangan menengah kebawah menjadi resah dan semakin tersudut, bagaimana tidak,dengan melambungnya harga minyak maka harga kebutuhan pokokpun juga ikut merangkak naik, nasib warga miskinpun semakin terbebani dengan itu semua. SPBU dibatasi pasokan minyaknya,para spekulan mencoba bermain dengan menimbun minyak sebanyak-banyaknya dan dijual kembali saat harga minyak mulai meninggi,dan lainya sebagainya. Warga kecil panik dan tidak tahu harus berbuat apa,mereka hanya menjadi penonton yang baik dan duduk dibangku pesakitan layaknya terdakwa yang menunggu keputusan hukuman dari majlis hakim.

Sebenarnya warga selama inipun tidak banyak menuntut ke pemerintah, mereka cuma berharap orang-orang yang diatas memperhatikan nasib mereka, asal mereka dapat makan dan minum tiap harinya saja sudah cukup tanpa mengharapkan subsidi berupa apapun dari pemerintah. Kita masih ingat keluhan salah satu warga surabaya disebuah SPBU,ketika ELPIJI begitu langka di kota tersebut, dia harus antri selama 3 hari berharap mendapatkan kebutuhan yang ia inginkan tapi selama itu dia tidak mendapatkannya (ELPIJI) sehingga ia membanting tabung gas elpijinya seraya berkata “Saya ini sudah ngantri 3 hari disini (SPBU) untuk mendapatkan ELPIJI tapi selalu habis, Pemerintah iki matane picek (pemerintah ini matanya buta), kupinge dublek (telinganya tuli) kita rakyat kecil ini mau dibawa kemana?...”.

Itulah potret kecil masyarakat kita yang selalu diombang-ambingkan oleh kebijakan-kebijakan yang cenderung menyusahkan dan menyudutkan rakyat kecil. Konversi minyak tanah ke gas yang selama ini didengungkan bukannya memudahkan warga malah sering menyusahkan, bagaimana tidak susah kalau minyak telah dikonversi ke gas tapi malah gas begitu langka untuk dicari. Sekarang akan muncul lagi kebijakan pemerintah untuk menaikkan BBM hingga 20-30% dari harga semula,sekali lagi pemerintah menuntut lagi kepada masyarakat untuk menerima itu dan lagi-lagi warga kecil yang akan menanggung beban dari dampak kenaikan BBM tersebut, bijakkah rencana pemerintah tersebut? Siapa yang diuntungkan dan dirugikan dengan naiknya BBM? BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang akan diberikan kepada masyarakat kecil apakah menjadi solusi yang tepat? Apakah pendistribusiannya sesuai target yang diharapkan? Karena selama ini BLT tidak mengenai sasaran yang tepat tapi justru malah disunat atau dimakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, lagi-lagi masyarakat kecil yang dirugikan.

Rakyat merindukan sosok seorang pemimpin yang sangat memperhatikan mereka,jatah makan sehari-hari mereka terpenuhi walau tidak pernah diberi subsidi. Mereka menantikan seorang pemimpin yang selalu mendengar rintihan mereka dikala susah. Rakyat kecil telah lelah dijadikan kelinci percobaan kebijakan yang justru menekan mereka,rakyat telah banyak berkorban buat pemerintah hingga mereka berani mengirimkan wakil-wakil mereka di kursi DPR,berharap dapat menyalurkan suara-suara para kawula alit (rakyat kecil). Terkadang itupun belum memenuhi harapan mereka karena wakil rakyat yang seharusnya menyuarakan suara rakyat justru bermain mata dengan orang lain untuk mengeruk keuntungan pribadi dari jabatan yang dimiliki.

Belum lagi munculnya konflik baru di Negara kita ini antara Front Pembela Islam (FPI) dan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Bekeyakinan (AKKBB) yang sama-sama memegang prinsip teguh dan seolah tidak ada yang mau kalah diantara keduanya, tindakan-tindakan anarkis,adu otot, seolah ingin unjuk gigi dengan cara baku hamtam untuk menunjukkan bahwa kelompuknyalah yang paling digdaya (kuat). Dan efek dari baku hantam di Silang Monas tersebut mengakibatkan permusuhan sesama muslim dari 2 kelompok yang berbeda,apakah yang sebenarnya mereka cari? Bendera Islam manakah yang dikibarkan mereka? Seseorang yang mengatakan dirinya Muslim/ beragama Islampun tidak akan menerima melihat ummatnya terpecah belah dan diadu domba. “Innama Al-mu’minuna Ikhwah fa Ashlihu baina Akhawaikum”, sesunguhnya setiap muslim itu adalah saudara maka saling mengingatkanlah diantara saudara-saudara kalian.

Marilah kita bercermin kembali dengan sosok seorang pemimpin (khalifah) yang sangat sederhara dan sangat memperhatikan warganya,bersahaja,jujur dan lebih memperhatikan kepentingan ummat daripada kepentingan pribadi yang sifatnya sesaat.

Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah Umayyah yang masyhur. Kerajaannya membentang dari tepi laut Atlantik sampai ke daratan tinggi di Pamir. Suatu hari, ia duduk di kamar kerjanya mempelajari setumpuk dokumen negara. Cahaya lampu yang suram di kamarnya menambah ketenangan kamar dan khalifah hampir tidak mengetahui kehadiran isterinya, Fatimah, sampai ia menyapanya.
"Yang mulia! Maukah anda memberikan waktu untukku sejenak? Saya ingin merundingkan masalah Pribadi Dengan anda." "Tentu saja," jawab khalifah sambil berpaling dari kertas-kertas di atas mejanya. "Tapi, tolong matikan lampu itu, yang milik negara, dan nyalakan lampu anda sendiri. Aku tidak mau memakai minyak negara untuk pembicaraan pribadi."
Isteri yang patuh itu mengerjakan apa yang dikatakan khalifah. Fatimah adalah putri Abdul Malik, khalifah Umayyah yang perkasa, dan saudara perempuan dari dua khalifah Umayyah berturut-turut, Walid dan Sulaiman.
Pemerintah Umar bin Abdul Aziz, kendati tidak berlangsung lama, seperti oasis di gurun pasir yang luas. Pemerintahannya adalah yang paling baik selama 91 tahun kekhalifahan Umayyah. Berjalan singkat namun telah mengubah pandangan terhadap negara. Pemerintahannya menumbuhkan kembali kekuatan demokratis, walau setelah ia wafat timbul lagi usaha mengembalikan otokrasi di bawah Hisyam. Usaha ini mengalami kegagalan yang akhirnya memuncak pada peruntuhan kekhalifahan Umayyah di tangan kaum Abassiyah.
Umar bin Abdul Aziz bergelar al-Khalifatush Shaalih (khalifah yang saleh). Ia putra Abdul Aziz, gubernur Mesir. Ibunya, Ummu 'Aasim, adalah cucu Khalifah Umar ibn al-Khattab. Dilahirkan pada tahun 63 H (682 M) di Halwan, sebuah kampung di Mesir, Umar mendapat pendidikan di Madinah dari paman ibunya, Abdullah ibn Umar yang termasyur. Madinah yang pada waktu itu menjadi pusat ilmu di dunia Islam, sangat membantu membentuk gaya hidupnya yang sangat lain dari para khalifah Umayyah lainnya. Ia menetap di Madinah sampai ayahnya meninggal pada tahun 704 Masehi. Pada tahun itu pula ia dipanggil menghadap pamannya Khalifah Abdul Malik, dan dikawinkan dengan puterinya, Fatimah. Umar diangkat menjadi gubernur Madinah pada tahun 706 M oleh Khalifah Walid.

Tidak seperti gubernur-gubernur otokratis lainnya, ia segera tiba di Madinah membentuk sebuah dewan penasehat, terdiri dari sepuluh ahli hukum kenamaan dan tokoh-tokoh terkemuka di kota suci itu. Dalam menjalankan pemerintahannya, Umar berkonsultasi dengan dewan tersebut. Ia memberi kuasa kepada dewan untuk mengawasi tindak-tanduk bawahannya. Tindakan ini mendapat sambutan dan dukungan besar dari penduduk Madinah. Ia berhasil memupus tanda-tanda kehancuran Islam di kota suci itu yang dilakukan Yazid dan Abdul Malik. Selama dua tahun sebagai gubernur Madinah, ia memperbaiki dan memperbesar masjid Nabi, serta memperindah kota suci dengan bangunan-bangunan umum. Ia membangun ratusan terowongan air baru, dan memperbaiki jalan-jalan luar kota yang menuju Madinah. Ia "lunak tetapi tegas," kata Ameer Ali, "Sangat berhasrat memajukan kesejahteraan rakyatnya. Pemerintahan Umar terbukti sangat menguntungkan lapisan masyarakat."

Pemerintahannya yang patriotis dan adil menarik banyak kaum pengungsi dari Iran, yang mengeluh ditindas oleh Hajjaj bin Yusuf. Menurut Tabaru, migrasi itu membuat Hajjaj yang lalim marah besar. Ia mendesak Walid mengeluarkan para pengungsi, dan Madinah terpaksa mereka tinggalkan dalam suasana "berkabung umum."
Terangkatnya dia ke puncak kekuasaan didahului oleh penghargaan khalifah Umayyah terdahulu, Sulaiman ibn Abdul Malik, yang sangat menghormati Umar bin Abdul Aziz. Sulaiman kemudian mengangkat Umar menjadi penggantinya. Ini terjadi menjelang wafatnya Sulaiman, dengan penyerahan jubah kekhalifahannya kepada calon penggantinya itu yang sebenarnya agak segan menerimanya.
Dengan menjauhkan segala yang berbau kemewahan, khalifah yang baru menolak pasukan pengawal berkuda dan menyimpan seluruh peralatan keupacaraan di Baitul Mal, bagaikan rakyat biasa, ia lebih suka tinggal di sebuah tenda kecil dan menyerahkan istana raja untuk didiami keluarga Sulaiman. Ia memerintahkan agar kuda-kuda di istana dilelang dan uangnya di simpan di Baitul Mal. Salah seorang anggota keluarga Umar bertanya mengapa ia tampak murung. Khalifah menjawab: "Apakah memang tidak ada yang harus aku cemaskan? Aku telah dipercayakan mengupayakan kesejahteraan bagi kerajaan yang begitu luasnya. Aku gagal menjalankan tugas itu jika aku tidak segera membantu kaumku yang miskin." Ia kemudian naik ke mimbar dan berpidato: "Saudara-saudara! Aku telah dibebani tanggung jawab kekhalifahan, tugas yang sebenarnya di luar kemauanku. Anda bebas memilih siapa saja yang anda inginkan." Tapi seluruh hadirin sama berteriak bahwa Umarlah tokoh paling sesuai untuk jabatan tinggi itu. Ia lalu menasehati rakyatnya agar selalu dalam kesalehan dan kebajikan. Ia mengijinkan mereka mencabut pernyataan sumpah setianya bila ia dinilai menyeleweng dari jalan Allah.
Pemerintahannya yang singkat itu dikenal demokratis dan sehat. Ia melakukan perang mempertahankan diri terhadap orang Turki, yang telah membinasakan Azerbaijan dan membunuh ribuan orang Islam tak berdosa. Di bawah pimpinan Ibn Hatik ibn Ali Naan al-Balili, pasukan khalifah memukul mundur tentara penyerang dengan banyak korban di pihak musuh. Khalifah mengijinkan tentaranya berperang melawan orang Khariji, dengan syarat kaum wanita, anak-anak dan tawanan perang harus diselamatkan. Musuh yang kalah tidak boleh dikejar, dan semua barang rampasan dikembalikan kepada keluarganya. Ia mengganti para administrator Umayyah yang korup dan bertindak sewenang-wenang dengan orang-orang yang terampil dan mampu bersikap adil.
Tindakan pertamanya begitu memangku jabatan adalah mengembalikan harta yang pernah disita kaum Umayyah kepada para pemiliknya yang berhak. Yang pertama-tama dilakukannya adalah mengembalikan semua barang bergerak dan tidak bergerak kepada Baitul Mal. Ia bahkan menyerahkan sebentuk cincin yang dihadiahkan kepadanya oleh Walid. Budaknya yang setia, Mahazim, terpesona oleh tindakan langka seorang penguasa itu dan bertanya: “ya Tuanku, apa yang telah anda tinggalkan untuk anak-anak anda?”Jawabnya hanya sepatah kata: “Allah.”
Kembali kepada pemerintahan Umar, pengembalian tidak menimbulkan reaksi rakyat yang beraneka ragam. Orang Khariji yang fanatik, yang pernah memusuhi kekhalifahan, segera berlaku lembut kepada Umar Umar bin Abdul Aziz. Keluarga Umayyah yang terbiasa hidup mewah atas biaya rakyat, memberontak terhadap tindakan tegas tapi adil yang dijalankan oleh khalifah. Mereka memprotes keras pengembalian harta yang telah lama mereka kuasai kepada negara.
Pada suatu hari, Khalifah mengundang beberapa tokoh keluarga Umayyah untuk makan malam, tetapi sebelumnya ia telah memerintahkan juru masak agar menunda dulu penyiapan makanan. Ketika akhirnya para tamu mulai merintih kelaparan, baru khalifah berteriak agar juru masak segera menyediakan santapan. Tetapi bersamaan dengan itu pula, ia memerintahkan agar sambil menunggu dihidangkan dulu roti panggang. Santapan sederhana ini langsung disantap Umar, yang diikuti para tamunya yang kelaparan. Beberapa waktu kemudian, juru masak muncul menghidangkan santapan yang sudah siap dimakan, tetapi ditolak oleh tamu-tamu itu. Alasannya, mereka sudah kenyang. Pernyataan itu segera ditanggapi Khalifah, "Saudara-saudara! Jika Anda bisa memuaskan nafsu makan dengan makanan sederhana, lalu mengapa Anda suka sewenang-wenang dan merampas milik orang lain?" Ucapan ini ternyata sangat menggugah, sampai para bangsawan Umayyah itu meneteskan air mata.
Pemerintahannya yang adil dan tidak memihak memang bertentangan dengan keinginan kaum bangsawan Umayyah. Sebab mereka telah terbiasa dengan berbagai bentuk kebebasan yang tidak bertanggung jawab, dan acap tidak dapat mentolerir setiap hambatan bagi kebebasan mereka yang tak terbatas. Mereka bahkan siap membunuh anggota sesuku yang mereka anggap menyetujui kebijaksanaan Umar. Seorang budak Khalifah mereka sogok agar meracuni Khalifah. Ketika Khalifah merasakan pengaruh racun, ia memanggil budak itu dan menanyainya. Si budak menjawab, ia disogok seribu dinar untuk jasa meracuni Khalifah. Uang itu diambil Umar dan disimpan di Baitul Mal. Ketika akhirnya ia membebaskan budak itu, Khalifah memintanya segera menyingkir, jika tidak ada saja orang yang akan membunuhnya.
Umar wafat pada tahun 719 M, pada usia muda, 36 tahun, di tempat yang disebut Dair Siman (Pesantren Siman), dekat Herms. Mati syahidnya negarawan berjiwa mulia ini membuat seluruh dunia Islam berbelasungkawa. Hari wafatnya menjadi hari berkabung nasional, ditandai berbondong-bondongnya penduduk kota kecil itu menyampaikan duka citanya yang dalam. Ia dimakamkan di Dair Siman, di sebidang tanah yang ia beli dari seorang Kristen.
Muhammad ibn Mobat, yang waktu itu kebetulan hadir di pertemuan Istana Kerajaan Romawi, melaporkan bahwa dia melihat Raja Romawi sangat murung menerima kabar wafatnya Umar. Ketika ditanyakan, sang raja berkata, "Seorang yang saleh telah wafat, Umar bin Abdul Aziz. Setelah Nabi Isa, jika ada orang lain yang mampu menghidupkan kembali orang mati, dialah itu. Aku tidak terlalu heran melihat pertapa yang meninggalkan kesenangan duniawi agar hanya dapat menyembah Tuhan. Tapi aku sungguh kagum menyaksikan seorang pemilik kesenangan duniawi yang tinggal meraih dari bawah telapak kakinya, tapi malahan ia menutup matanya rapat-rapat lalu hidup di dalam kesalehan."
Diceritakan, Umar hanya meninggalkan uang 17 dinar, dengan wasiat agar sebagiannya untuk sewa rumah tempatnya meninggal, sedang sebagian lagi ia minta dibayarkan untuk harga tanah tempatnya dimakamkan.
Ameer Ali mengatakan, "Kesalehannya tidak dibuat-buat, ia memiliki rasa keadilan dan kejujuran yang tinggi, sikap dan cara hidup sederhana yang mendekati bersahaja, yang menjadi ciri-ciri utama wataknya. Tanggung jawab pemerintahan yang dipercayakannya membuatnya selalu gelisah dan banyak menimbang sebelum mengambil suatu keputusan. Diceritakan, suatu hari isterinya mendapatkan ia sedang menangis di tikar sembahyang, yang mendorong wanita itu menanyakan sebab-sebabnya. Umar menjawab: "O, Fatimah! Aku telah diangkat menjadi raja kaum Muslimin dan orang asing. Yang sedang aku pikirkan sekarang adalah nasib orang-orang miskin yang kelaparan, orang melarat yang sakit, yang tidak berpakaian dan menderita, yang tertindas, orang asing yang dipenjara, para sesepuh yang patut dimuliakan, dan mereka yang berkeluarga besar hanya mempunyai sedikit uang, serta mereka yang berada di tempat-tempat yang jauh. Aku merasakan tentu Allah akan menanyakan keadaan mereka, yang berada di bawah kekuasaanku, pada hari kiamat. Aku takut tak ada sesuatu pembelaan yang dapat membantuku, karena itu aku menangis."
Kejujuran dan integritasnya tidak banyak yang menyamainya, dalam sejarah umat manusia yang manapun. Telah diungkapkan juga bahwasannya, Umar tidak pernah mengerjakan urusan pribadi dengan lampu yang minyaknya dibeli dengan uang negara. Setiap hari Jum'at, Farat ibn Muslama membawa dokumen negara untuk ia teliti, dan baru kemudian ia mengeluarkan perintah-perintah. Pada suatu hari Jum'at, Umar membawa secarik kecil dokumen negara untuk digunakan secara pribadi. Muslama yang tahu akan kejujurannya mengira ia melakukan hal itu karena lupa. Pada hari Jum'at berikutnya, ketika membawa pulang dokumen-dokumen negara, Muslama menemukan di antara dokumen-dokumen itu selembar kertas yang sama besar ukurannya dengan yang digunakan Khalifah.
Dengan dana dari Baitul Mal, ia mendirikan wisma orang miskin. Pada suatu hari seorang budaknya menggunakan kayu bakar wisma untuk memasak air buat wudhu Umar. Tapi tak lama kemudian, si budak itu mendapatkan kayu bakar baru sejumlah yang telah dipakainya ditumpuk di tumpukan kayu bakar. Umar menolak menggunakan air yang dipanaskan dengan batu bara milik negara. Banyak gedung besar yang bagaikan istana dulu dibangun di Khanasta dengan dana Baitul Mal. Para khalifah lainnya sekali-kali tinggal di gedung-gedung itu bila mereka sedang mengunjungi kota. Tapi Umar bin Abdul Aziz tidak pernah menggunakannya. Ia lebih menyukai berkemah di lapangan terbuka.
Kepada anak-anaknya tidak pernah memberikan barang-barang mewah atau kesenangan yang berlebihan. Suatu waktu ia memanggil Aminah, putri kesayangannya. Tapi anak itu tidak bisa datang, karena menganggap pakaiannya tidak pantas untuk menghadap raja. Ketika seorang kerabat mengetahui hal itu, ia membelikannya Aminah dan saudara-saudaranya. Namun Umar tidak pernah mau menerima hadiah dari siapapun. Pada waktu yang lain seseorang menghadiahkan sekeranjang buah apel kepadanya. Khalifah menghargai pemberian itu, tapi tetap menolak menerimanya. Orang itu lalu memberikan contoh Nabi yang mau menerima hadiah. Segeralah khalifah menjawab : "Tidak disangsikan lagi, hadiah itu memang untuk Nabi, tapi kalau diberikan untukku itu adalah penyuapan."
Dalam masa kekhalifahannya, Umar mengadakan sejumlah pembaruan bidang administrasi, keuangan dan pendidikan. Kehadirannya tepat waktu. Seorang pembaru biasanya muncul bila mesin administrasi, politik dan etika sudah berkarat dan membutuhkan perbaikan besar-besaran. Pembaru rezim Umayyah yang tak ada bandingannya ini dilahirkan di lingkungan yang sangat suram dan karenanya memerlukan perubahan. Anaknya, Abdul Malik, pemuda berumur 17 tahun yang bermasa depan baik menasehati ayahandanya agar mengadakan pembaruan penting secara lebih tegas. Ayahandanya yang bijaksana itu menjawab, "Anakku, yang kau katakan hanya bisa berhasil bila aku menggunakan pedang. Tapi pembaruan tidak bermanfaat baik bila dicapai melalui mata pedang."
Lembaga Baitul Mal yang merupakan salah satu sistem pembaruan yang dibawa Islam telah terbukti membawa berkah bagi kaum miskin Islam selama pemerintahan para "Khalifah yang saleh." Tapi dalam masa Khalifah Umayyah, Baitul Mal telah digunakan untuk kepentingan pribadi. Umar bin Abdul Aziz yang menghentikan praktek tidak sehat ini, dan ia memberi teladan dengan tidak pernah mengambil uang sedikit pun dari Baitul Mal. Ia memisahkan rekening untuk Khams, Sadaqah dan Fai', dan masing-masingnya mempunyai bagian-bagian tersendiri. Seluruh praktek pemberian hadiah yang mahal-mahal, para pengarang pidato yang memuji-muji keluarga raja, ia hentikan.
Tindakan penting lainnya yang diambil Umar ialah pembaruan di bidang perpajakan. Ia mengadakan pengaturan agar pajak dengan mudah dipungut dan dikelola dengan cara yang sehat. Ia menulis soal pemajakan yang mengesankan kepada Abdur Rahman, yang kemudian disalin oleh Qadhi Abu Yusuf : "Pelajarilah keadaan tanahnya dan tetapkan pajak bumi yang pantas. Jangan mengenakan pajak kepada tanah yang gersang, sebaliknya pajak atas tanah yang subur jangan sampai tidak dipungut." Pembaruannya yang tidak memberatkan kaum lemah membuat rakyat melunasi kewajiban membayar pajak dengan senang hati. Ini merupakan sikap yang berkebalikan terhadap pemajakan yang dikenakan Hajjaj bin Yusuf di Syiria. Walaupun Hajjaj memaksakan pajak melalui tekanan-tekanan, namun hasil yang dicapai hanya separuh dari jumlah yang dipungut pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
Umar bin Abdul Aziz termasuk lima khalifah saleh versi Imam Sofyan Ats-Tsauri, disamping Abu Bakar, Umar al-Faruq, Utsman, dan Ali. Ciri paling menonjol pemerintahannya ialah penghidupan kembali semangat demokrasi Islam yang ditindas ketika Yazid naik tahta. Dalam sebuah surat dialamatkan kepada gubernur Kuffah, Umar mendesak para gubernur agar menghapuskan semua peraturan yang tidak adil. Ia menulis, "Anda harus mengetahui, agama dapat terpelihara baik bila terdapat keadilan dan kebajikan, jangan anggap remeh segala dosa, jangan coba mengurangi apa yang menjadi hak rakyat, jangan paksakan rakyat melakukan sesuatu di luar batas kemampuan mereka; ambilah dari mereka apa yang dapat mereka berikan, lakukanlah apa saja untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan rakyat, memerintahlah dengan lemah lembut tanpa kekerasan, tidak menerima hadiah pada hari-hari besar, jangan menerima biaya atas buku suci (yang disebarkan kepada penduduk), jangan mengutip pajak atas para pelancong atau perkawinan, atau atas susu sapi, dan jangan kenakan pajak terhadap mereka yang baru masuk agama Islam dengan tujuan mendapatkan hak pilih."
Umar bin Abdul Aziz yang bersikap sangat baik dan adil terhadap orang non Muslim, malahan sangat memperhatikan mereka. Orang Kristen, Yahudi, dan penyembah api diijinkan mendirikan dan beribadah di gereja, sinagog dan kuilnya. Diceritakan, di Damaskus al-Walid menurunkan Basilika John Pembaptis dan menjadikannya bagian dari masjid Umayyah. Ketika Umar menjadi khalifah, orang Kristen mengadukan tentang penyitaan gerejanya, dan ia seketika itu juga memerintahkan gubernurnya mengembalikan kepada pemilik asalnya. Orang Kristen juga diusahakan agar tidak dibebani pajak yang mencekik leher. Di Aila dan Cyprus, jumlah upeti yang sudah dinaikkan melalui perjanjian dengannya, ia turunkan kembali ke dalam jumlah sebelum berlakunya perjanjian.
Tindakan yang adil sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan al-Hadits membuat negara mencapai stabilitas, rakyat menjadi sejahtera, dan kehidupan berlangsung aman dan damai. Di masa itu hampir tidak dapat ditemukan orang yang mau menerima sedekah. Itu dicapai dalam masa pemerintahan yang sangat singkat, dua tahun rakyat telah menjadi begitu sejahtera dan puas.
Umar bin Abdul Aziz tidak terlalu banyak menekankan pemerintahannya pada kemegahan dan kemenangan di bidang militer. Ia lebih memperhatikan administrasi, pembangunan ekonomi dalam negeri, dan konsolidasi negara.
Para sejarawan menyaksikan dengan rasa puas karya dan aspirasi seorang penguasa yang menjadikan kesejahteraan rakyatnya sebagai satu-satunya tujuan ambisinya. Tak ada yang menandingi pemerintahan yang singkat tetapi gilang-gemilang itu. Seorang orientalis Eropa mengakui bahwa "Sebagai khalifah, Umar berdiri sendiri. Ia berbeda dari para pendahulunya maupun dari penggantinya. Diilhami oleh kesalehan yang sejati, walaupun tidak sepenuhnya bebas dari fanatisme, ia sangat sadar akan tanggung jawabnya terhadap Tuhan, dan ia selalu berusaha meneruskan apa yang dia percayai sebagai sesuatu yang benar dan dengan sabar menjalankan tugasnya sebagai raja. Dalam kehidupan pribadinya, ia terkenal dengan kesederhanaan dan sikap hidup yang suka berhemat."
Siapakah sosok pemimpin yang akan muncul di negeri ini dengan mengikuti teladan dari seorang khalifah (pemimpin) yang sangat sederhana,jujur,dermawan, lunak tetapi tegas, sangat berhasrat memajukan kesejahteraan rakyatnya, pemerintahannya yang patriotis dan adil, menjauhkan segala yang berbau kemewahan,menjadikan Baitul Mal sebagai sarana untuk menyimpan kekayaan negara serta membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan, mengganti para administrator yang korup dan yang bertindak sewenang-wenang dengan orang-orang yang terampil dan mampu bersikap adil.
Meskipun beliau termasuk sosok pemimpin singkat duduk dalam pemerintahannya dan tergolong masih muda akan tetapi dibenaknya terdapat kerangka besar bagi ummat Islam khususnya dalam membentuk sebuah pemerintahan yang bersih dan selalu menjunjung tinggi kejujuran,kesederhanaan,ketegasan dan selalu berpegang teguh pada sunnah-sunnah Rasul dan Al-Qur’an.
Baca Selengkapnya...

Metode Dan Pendekatan Dalam Ilmu Perbandingan Agama  

Posted by Jumhurul Umami

Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk Allah selalu menghadapi banyak tantangan. Kemajuan serta eksistensi manusia itu sendiri sangat bergantung kepada tekad manusia untuk menjawab tantangan dan kesanggupan manusia untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam hidupnya. Penelitian memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan baru dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan baru dalam memecahkan masalah. Penelitian akan menambah ragam pengetahuan lama dalam memecahkan masalah.
Kerja memecahkan masalah akan sangat berbeda antara seorang ilmuwan dan seorang awam. Seorang ilmuwan selalu menempatkan logika serta menghindarkan diri dari pertimbangan subjektif. Sebaliknnya bagi orang awam, kerja memecahkan masalah dilandasi oleh campuran pandangan perorangan ataupun dengan apa yang dianggap masuk akal oleh banyak orang.
Dalam meneliti, seorang ilmuwan dapat saja mempunyai teknik, pendekatan ataupun cara yang berbeda dengan seorang ilmuwan lainnya. Tetapi kedua ilmuwan tersebut tetap mempunyai satu falsafah yang sama dalam memecahkan masalah, yaitu menggunakan metode ilmuwan dalam meneliti. Seperti diketahui, ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh suatu interelasi yang sistematis dari fakta-fakta. Metode ilmiah adalah suatu pengejaran (pursuit) dari ideal ilmu itu.
Sebagai penelitian terhadap bebagai agama, penelitan perbandingan agama masih menghadapi persoalan metodologis. Artinya bagaimana standar-standar yang digunanakan dalam mengukur variabel-variabelnya belum ditemukan formulasi yang disepakati para ahli perbandingan agama. Namun demikian metodologi bagi penelitian ini tetap sangat dibutuhkan para peneliti dan pengkajinya.
Dalam melakukan analisis data penelitian perbandingan agama dapat digunakan tiga metode.
Pertama, simetris, dalam hal ini seorang peneliti melakukan perbandingan setelah masing-masing konsep, ajaran, pandangan, atau realitas diuraikan secara lengkap. Dalam hal ini harus ada penegasan mengenai hal yang dibandingkan apakah penampakan yang kongkrit atau sampai pada dasar-dasar ajaran agama.
Kedua, asimetris, yaitu analisis yang dimulai dengan menguraikan ajaran, konsep-konsep dan pandangan pertama, kemudian sambil memberikan deskripsi tentang ajaran, konsep-konsep dan pandangan kedua, langsung dibuat perbandingan dengan agama yang pertama diuraikan.
Ketiga, perbandingan segitiga, yaitu suatu analisis perbandingan dengan membandingkan ajaran, konsep, dan pandangan ketiga yang mungkin lebih lengkap dan melakukan tinjauan dari sudut lain. Dengan demikian akan jelas apa yang dimaksud dengan dua yang sedang dibandingkan.
Bentuk-bentuk penelitian serta klasifikasi metode penelitian dapat dibedakan berdasarkan tujuan penelitian, jenis data yang dikumpulkan, serta sumber data. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, penelitian dapat dibedakan menjadi: (a) eksploratif, (b) deskriptif, (c) historis, (d) kerelasional, (e) eksperimen, (f) kuasi-eksperimen. Berdasarkan sumber data, penelitian dapat dibedakan menjadi (a) penelitian lapangan dan (b) penelitian kepustakaan. Selain itu, penelitian dapat dibedakan menurut jenis data dan kepustakaan. Selain itu penelitian dapat dibedakan menurut jenis data dan proses penelitian menjadi (a) penelitian kuantitatif dan (b) penelitian kualitatif.

A. Metode penelitian eksploratif
Gejala keagamaan dapat diteliti secara eksploratif bila peneliti belum banyak mengetahui informasi tentang gejala-gejala keagamaaan tersebut. Bila disuatu tempat terjadi gejala keagamaan tertentu seperti fatwa yang menghalalkan berzina asal dimulai dengan membaca basmallahi, maka fenomena keagamaan tersebut dapat dieksplorasi, baik melalui telaah kepustakaan (seperti melalui Koran dan majalah) data lapangan, maupun gabungan antara keduannya.
Penelitian eksploratif dapat digunakan untuk mengamati gejala keagamaan yang sedang terjadi, atau gejala keagaman yang terjadi diasa lalu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian eksploratif, dapat dikembangkan berbagai penelitian lain, seperti penelitian histories, deskriptif, kerelasional dan eksperimen. Karena itu, penelitian eksploratif sering disebut penelitian pendahuluan.

B. Metode penelitian sejarah
Bila gejala keagamaan terjadi dimasa lampau dan peneliti berminat mengetahuinya, maka peneliti dapat melakukan penelitian sejarah yakni melakukan rekonstruksi terhadap fenomena masa lampau baik gejala keagamaan yang terkait dengan masalah politik, sosial, ekonomi dan budaya. Bagaimana peran pesantren dan kiyai dalam melakukan perlawanan terhadap tentara belanda dalam agresi militer kedua (tahun 1984)?. Sejarah ini belum terlalu lama berlalu sehingga masih banyak saksi hidup. Karena itu, untuk merekonstruksinya, peneliti dapat melakukan wawancara mendalam dengan pelaku sejarah dan saksi hidup. Juga dapat melakukan telaah kepustakaan, seperti Koran, majalah, arsip, dokumen-dokumen pribadi dan lain sebagainya.

C. Metode Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif ialah sebuah penelitian yang bertujuan menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dalam penelitian agama, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala keagamaan.
Penelitian deskriptif berbeda dengan penelitian eksploratif, peelitian eksploratif belum memiliki variabel yang menjadi fokus pengamatan, karena peneliti belum banyak memperoleh informasi tentang gejala keagamaan tersebut. Sedangkan penelitian deskriptif sudah memiliki variabel yang menjadi fokus pengamatan. Dalam penelitian deskriptif variabel yang menjadi fokus pengamatan boleh lebih dari satu, sesuai minat peneliti.
Penelitian deskriptif dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, penelitian deskriptif dapat menggunakan data kepustakaan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis terhadap kepustakaan secara kuantitatif sering disebut analisis isi. Contohnya: penelitian deskriptif ini adalah: Ketaatan beragama buruh-buruh pabrik di serang Banten;, Pola kepemimpinan kiyai di tiga pesantren di Banten,; Etika kepemimpinan menurut ajaran ahlus sunnah wal jama’ah.

D. Metode Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional ialah penelitian yang berusaha menghubungkan atau mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Karena itu, dalam penelitian korelasional dikenal adanya variabel bebas (variabel yang diduga mempengaruhi variabel lain) dan variabel terikat (variabel yang diduga dipengaruhi oleh variabel bebas).
Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dibuktikan dengan data lapangan (baik secara kualitatif maupun kuantitatif) dan data hasil studi kepustakaan ,atau gabungan antara studi lapagnan dengan hasil studi kepustakaan. Contohnya: Hubungan pendidikan agama denga ketaatan beragama buruh pabrik di wilayah serang dan cilegon, Banten.

E. Metode Penelitian Eksperimen
Suatu fenomena dalam kehidupan sosial keagamaan seringkali terjadi bukan disebabkan oleh satu variabel melainkan akibat dari berbagai variabel secara simultan. Penelitian korelasional hanya menelaah salah satu atau beberapa variabel bagi terjadinya suatu fenomena sosial. Variabel-variabel itu dipilih berdasarkan telaahan logis atau berdasarkan teori tertentu. Penelitan tersebut akan membuktikan sejauh mana variabel yang dipilih memiliki hubungan dengan terjadinya suatu fenomena sosial keagamaan; atau sejauh mana variabel-variabel tersebut memberi pegnaruh bagi terjadinya fenomena keagamaan tertentu.

Pendekatan ilmiah dalam penelitian agama
A. Pendekatan ilmiah yang relevan
Dalam pembahasan dikemukakan bahwa penelitaian agama adalah penelitian tentang agama dalam arti ajaran, bilief (sistem kepercayaan) atau sebagai fenomena budaya; dan agama dalam arti keberagaman , perilaku beragama atau sebagai fenomena sosial. Karena itu, diperlukan teori ilmiah yang relevan untuk penelitian agama. Dalam perbahasan ini, teori-teori ilmiah itu digunakan sebagai pendekatan sekaligus sebagai model dalam penelitian agama. Teori ilmiah itu meliputi teologi (ilmu-ilmu keagamaan), sosiologi antropologi, psikologi, filologi, sejarah dan filsafat.
Pendekatan yang ilmiah yang relevan untuk penelitian agama digambarkan dalam skema pendekatan ilmiah penelitian sosial agama. Dalam prakteknya, sebuah penelitian agama dapat menggunakan satu pendekatan saja atau beberapa pendekatan, baik yang bersifat disipliner, interdisiplin, maupun multidisiplin.
B. Pendekatan teologis
Istilah teologi lahir dalam tradisi Kristen. Secara harfiah, teologi berasal dari bahasa Yunani, theos dan logos yang berarti ilmu ketuhanan. Istilah teologi dalam bahasa Yunani tersebut dalam tradisi Islam dikenal dengan ilmu kalam yang berarti perkataan-perkataan manusia tentang Allah. Tetapi pengertian ini menurut Steenbrink dianggap kurang cocok karena mengenai ketuhanan, baik wujud, sifat, dan perbuatan-Nya, yang dengan ilmu kalam atau ilmu luhut yang oleh Al-Ahwani diartikan sebagai rangkaian argumentasi rasional yang disusun secara sistematik untuk memperkokoh kebenaran akidah agama Islam. A. Hanafi mengartikan ilmu kalam sebagai upaya mempertahankan keyakinan seputar masalah ketuhanan dari serangan-serangan pihak luar dengan menggunakan pendekatan filafat atau dalil-dalil aqli.
Dalam Encyclopaedia of religion and Religions, dikatakan bahwa teologi adalah ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta, namun seringkali diperluas mencakup seluruh bidang agama. Dengan demikian teologi memiliki pengertian luas dan identik dengan ilmu agama itu sendiri.
Kalau kita membicarakan teologi sekurang-kurangnya dilihat dari tiga segi: teologi aktual yaitu berteologi yang melahirkan keprihatinan iman dalam wujud tingkat laku sehari-hari teologi intelektual yaitu teologi yang melahirkan pemikiran keagamaan berjilid-jilid yang hanya dipahami oleh para alim dibidang ini dan teologi spiritual yang melahirkan perilaku mistik.
Menurut darmaputera, teologi selalu bertitik tolak dari sebuah asumsi dasar, bahwa Allah yang kita percayai adalah Allah yang berfirman, Allah yang menyatakan kehendak-Nya, disepanjang masa bagi seluruh umat manusia dimana saja. Firman dan kehendak-Nya itu adalah mengenai kebenaran dan keselamatan serta kesejahteraan menusia bahkan seluruh ciptaan. Firman dan kehendaknya itu berlaku bagi siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Oleh karena itu siapa pun yang mendambakan kebenaran, keselamatan dan kesejahteraan harus sungguh-sungguh memperhatikan dan memberlakukan firman serta kehendak Allah itu. Teologi bertolak dari keyakinan itu dan befungsi untuk mencari serta merumuskan kehendak Allah yang menyelamatkan, mensejahterakan, seta merupakan norma kebenaran itu. Dari mana manusia mampu merumuskan kehendak Allah dan bagaimana agar manusia mampu beraksi dalam menyelamatkan dan mensejahterakan diri dan sesamannya?
Pendekatan teologi dalam studi agama adalah pendekatan iman untuk merumuskan kehendak tuhan berupa wahyu yang disampaikan kepada para nabinya agar kehendak Tuhan itu dapat dipahami secara dinamis dalam konteks ruang dan waktu. Karena itu pendekatan teologis dalam studi agama disebut juga pendekatan normatif dari ilmu-ilmu agama itu sendiri. Secara umum metode teologis/normative dalam studi agama atau dalam rangka menemukan pemahaman pemikiran keagamaan yang lebih dapat dipertanggung jawabkan secara normatif idealistik.

C. Pendekatan sosiologis
Sosiologi agama dirumuskan secara luas sebagai suatu studi tentang interelasi dari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar mereka. Anggapan para sosiolog bahwa dorongan-dorongan, gagasan-gagasan, dan kelembagaan agama mempengaruhi dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh kekuatan kekuatan sosial adalah tepat. Jadi seseorang sosiolog agama bertugas menyelidiki bagaimana tata cara masyarakat, kebudayaan dan pribadi-pribadi mempengaruhi agama sebagaimana agama itu sendiri mempengaruhi mereka. Kelompok-kelompok yang berpengaruh terhadap agama, fungsi-fungsi ibadat untuk masyarakat, tipologi dari lembaga-lembaga keagamaan dan tanggapan-tanggapan agama terhadap tata duniawi, interaksi langsung dan tidak langsung antara sistem-sistem religius dan masyarakat, dan sebagainya termasuk bidang penelitian sosiologi agama.
Penelitian agama seringkali tertarik untuk melihat, memaparkan, dan menjelaskan berbagai fenomena keagamaan. Juga kadang-kadang tertarik melihat dan menggambarkan pengaruh suatu fenomena terhadap fenomena lain. Untuk menggambarkan fenomena sosial keagamaan dengan baik, peneliti dapat menggunakan pendekatan sosiologis yang dimaksud dengan pendekatan sosiologis ialah: peneliti menggunakan logika-logika dan teori sosioologi baik teori klasik mapun modern untuk menggambarkan fenomena sosial keagaman serta pengaruh suatu fenomena terhadap fenomena lain.
Sosiologi agama mempelajari aspek sosial agama. Objek penelitian agama dengan pendekatan sosiologi menurut keith A. Robert memfokuskan pada :
1) Kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan (meliputi pembentukannya, kegiatan demi kelangsungan hidupnya, pemeliharaannya, dan pembubarannya.)
2) Perilaku individu dalam kelompok-kelompok tersebut (proses sosial yang mempengaruhi stasus keagamaan dan perilaku ritual.)
3) Konflik antar kelompok.
D. Pendekatan Antropologi
Sosiologi dalam sejarahnya digunakan untuk mengkaji masyarakat modern, sementara antropologi mengkhususkan diri terhadap masyarakat primitif. Antropologi sosial agama berkaitan dengan soal-soal upacara, kepercayaan tindakan dan kebiasaan yang tetap dalam masyarakat sebelum mengenal tulisan yang menunjuk pada apa yang dianggap suci dan supranatural. Sekarang terdapat kecenderungan antropologi tidak hanya digunakan untuk meneliti masyarakat primitif, melainkan juga masyarakat yang komplek dan maju menganalisis simbolisme dalam agama dan mitos, serta mencoba mengembangkan metode baru yang lebih tepat untuk studi agama dan mitos. Antropologi agama memandang agama sebagai fenomena kultural dalam pengungkapannya yang beragam, khususnya tentang kebiasaan, peribadatan dan kepercayaan dalam hubungan-hubungan sosial.
Yang menjadi penelitian dengan pendekatan antropologi agama secara umum adalah mengkaji agama sebagai ungkapan kebutuhan makhluk budaya yang meliputi:
1) Pola-pola keberagamaan manusia dari perilaku bentuk-bentuk agama primitif yang mengedepankan magic, mitos, animisme, totenisme, paganisme pemujaan terhadap roh, dan polyteisme, sampai pola keberagamaan masyarakat industri yang mengedepankan rasionalitas dan keyakinan monoteisme.
2) Agama dan pengungkapannya dalam bentuk mitos, simbol-simbol, ritus, tarian ritual, upacara pengorbanan, semedi, selamatan.
3) Pengalaman religius, yang meliputi meditasi, doa mistisisme, sufisme.

E. Pendekatan Psikologi
Psikologi agama adalah studi mengenai aspek psikologis dari perilaku beragama, baik sebagai individu (aspek individuo-psikologis) maupun secara berkelompok/anggota-anggota dari suatu kelompok (aspek sosio-psikologis). Aspek psikologis dari perilaku beragama berupa pengalaman religius, seperti:
1) Ketika seseorang berada dalam puncak spiritual, seperti Mi’rajnya Nabi menghadap sang Kholiq, atau ketika seseorang Muslim khusyu’ dalam sholatnya, atau orang kristiani dalam doa dan nyanyian.
2) Ketika seseorang menerima wahyu/ ilham/ mendengarkan suara hati, ketika berkomunikasi dengan sang Kholiq, yang ilahi dan supranatural.
Psikologi agama mempelajari motif-motif tanggapan-tanggapan, reaksi-reaksi dari psike manusia, pengalaman dalam berkomunikasi dengan yang supranatural yang sangat mengasyikkan dan sangat dirindukan. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa psikologi agama adalah cabang psikologi yang menyelidiki sebab-sebab dan ciri psikologis dari sikap-sikap religius atau pengalaman religius dan berbagai fenomena dalam individu yang muncul dari atau penyertai sikap dan pengalaman tersebut.
Psikologi agama sebagai cabang dari psikologi menyelidiki agama sebagai gejala kejiwaan. Penyelidikan agama sebagai gejala kejiwaan memiliki peran penting mengingat persoalan agama yang paling mendasar adalah persoalan kejiwaan. Manusia meyakini dan mau berserah diri kepada Tuhan, melakukan upacara keagamaan, berdoa, rela berkorban dan rela hidupnya dikendalikan oleh norma-norma agama adalah persoalan kejiwaan.

F. Pendekatan sejarah
Sejarah agama, secara ekstrem dapat dikatakan agama dan keberagamaan adalah produk sejarah. Al-qur’an sebagian besar berisi sejarah dan ilmu-ilmu keislaman. Peradaban islam berkembang sedemikian rupa dalam konteks sejarah. Karena itu tepat apabila dikatakan bahwa sejarah bagaikan mata air yang tidak akan pernah kering untuk diambil manfaatnya. Sejarah Islam merupakan bagian dari ilmu-ilmu keislaman yang amat penting diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan Islam.
Berikut beberapa fokus penelitian agama dengan menggunakan perdekatan sejarah:
1) Penelitian sejarah tentang tokoh berpengaruh dalam suatu agama atau gerakan keagamaan. Penelitian model ini besa berupa otobiografinya, pemikirannya, tindakan-tindakannya,, pergumulan hidupnya.
2) Penelitian sejarah mengenai naskah atau buku. Penelitian model ini menekankan pada substansi naskah atau buku untuk dianalisis, baik analisis kritis, perbandingan, maupun analisis sekedar eksplorasi.
3) Penelitian sejarah mengenai suatu konsep sepanjang sejarah penelitian model ini bisa berupa salah satu naskah, kitab suci atau perkembangan pemikiran dari waktu ke waktu.
4) Penelitian arsip, yaitu penelitian tentang sejarah, baik individu, kelompok, organisasi, masyarakat maupun bangsa dengan melihat arsip-arsip resmi. Penelitian model ini banyak dilakukan oleh Snouk Hurgronye tentang aceh maupun Islam di Indonesia.


Penutup
Demikian rekonstruksi gejala sosial keagamaan dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Sebaliknya, gejala sosial keagamaaan dapat dijelaskan dengan pendekatan sejarah.
Perlu juga disampaikan bahwa berbagai disiplin ilmu sosial-politik seperti politik, sosiologi, ekonomi, dan antropologi dapat melakukan penelitian dengan pendekatan sejarah. Artinya, mereka berusaha membuktikan teori (secara deduktif) atau menemukan teori (secara induktif) dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari sejarah.


















Daftar Pustaka

Ali, Sayuthi, Drs.H.M. M.Ag, Metode Penelitian Agama Pendekatan Teori Dan Praktek, Rajawali Pers, Jakarta.
Harahap, Syahrin,Dr.H.MA, Metodologi Studi Dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Rajawali Pers, Jakarta.
Nazir, Moh. Phd, Metode Penelitian, Galia Indonesia.
Suprayogo, Imam PROF. DR. dan Tobroni DRS. M.si, Methodologi Penelitian Sosial Agama, Rosda.
Baca Selengkapnya...

Aliran-Aliran Dalam Konsep KeTuhanan  

Posted by Jumhurul Umami

Pendahuluan
Aliran mengenai konsep keTuhanan berbeda dengan perkembangan konsep kepercayaan kepada Tuhan. Kalau perkembangan konsep keTuhanan lebih menekankan pada aspek sejarah dan perubahan yang terjadi dari satu fase ke fase berikutnya, sedangkan dalam aliran tentang konsep keTuhanan tidak dilihat dari aspek sejarah, tetapi hubungan Tuhan dengan dunia dan makhluk-makhluk-Nya, seperti apakah Tuhan jauh atau dekat dari alam? Dan apakah Tuhan setelah menciptakan alam selalu menjaga dan mengaturnya?

Teisme
Teisme berpendapat bahwa alam diciptakan oleh Tuhan yang tidak terbatas, antara Tuhan dan makhluk sangat berbeda. Menurut teisme, Tuhan disamping berada di alam (Imanen), tetapi dia juga jauh dari alam (Transenden). Ciri lain dari teisme menegaskan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam, tetap aktif dan memelihara alam. karena itu, dalam teisme mukjizat yang menyalai hukum alam diyakini kebenarannya, begitu juga do’a seorang akan digelar.
Ada beberapa tipe tentang teisme yaitu teisme rasional, dipelopori oleh Rene Descartes dan libnix, teisme ekstensial, seperti Soren Kierkegaard, teisme fenomenologi seperti peter Koestenbaum, teisme empiris, seperti Thomas Reid dan sebagainya. Semua tipe tersebut berbeda pandangan dalam cara mendekati Tuhan.
Teisme juga bisa dibedakan dalam hal kepercayaan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam. Sebagian besar penganut teisme percaya bahwa materi alam adalah nyata, sedangkan yang lain mengatakan tidak nyata, itu hanya ekses dalam pikiran dan idea. Sebagian teis berpendapat bahwa Tuhan menciptakan alam dan selalu ada bersamannya, sementara yang lain yakin bahwa alam harus memiliki suatu permulaan yang berbeda. Perbedaan yang cukup menonjol dalam teisme adalah antara agama Yahudi dan Islam di satu pihak dengan Kristen Ortodok di pihak lain. Dalam keyakinan orang-orang Yahudi dan Islam, Tuhan adalah dzat yang Esa, sedangkan dalam Kristen yakin bahwa Tuhan adalah tiga pribadi (Trinitas).
Dalam agama islam kejelasan tentang Tuhan adalah Esa sekaligus transenden dan imanen. Ayat yang menunjukkan keesaan Tuhan berbunyi “Qul Huwa Allahu Ahad” sedangkan Transendensi Tuhan dicantumkan dalam surat Al-A’raf ayat 54 yang artinya, “Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia berssemayam diatas ‘Arsy”. Imanensi Tuhan dijelaskan dalam surat Qaf ayat 16, yang artinya, “Dan sesungguhnya dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
Lebih lanjut konsep teisme dalam Islam dijelaskan oleh al-Ghozali. Menurutnya Allah adalah zat yang Esa dan pencipta alam serta berperan aktif dalam mengendalaikan alam. Allah menciptakan alam dari tidak ada. Karena itu, menurut al-Ghozali mu’jizat adalah suatu peristiwa yang wajar karena Tuhan bisa mengubah hukum alam yang dianggap tidak bisa berubah. Menurut al-Ghozali, karena maha kuasa dan berkehendak mutlak. Tuhan mampu mengubah segala ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak mutlak-Nya.
Dan tokoh Kristen yang pertama mengemukakan gagasan teisme adalah St. Agustinus. Menurutnya Tuhan ada dengan sendirinya , tidak diciptakan, tidak berubah, abadi, bersifat personal dan maha sempurna, Tuhan adalah kekuatan yang personal, yang terdiri atas tiga person, yaitu Bapak, Anak, Roh Kudus, menurutnya Tuhan menciptakan alam, jauh dari alam , diluar dimensi waktu, tetapi Dia mengendalaikan setiap kejadian dalam alam, karena itu menurut Agustinus, mu’jizat adalah benar-benar ada karena Tuhan selalu mengatur ciptaan-Nya.
Manusia, menurut Agustinus sama dengan alam, tidak abadi. Manusia terdiri atas jasad yang fana dan jiwa yang tidak mati. Setelah kematian jiwa menunggu penyatuan, baik dengan jasad lain maupun dengan keadaan yang lebih tinggi yaitu sorga atau neraka. Ketika dibangkitkan jiwa manusia akan mencapai kesempurnaan. Karena itu, hakikat yang sebenarnya dari manusia adalah jiwa, bukan jasadnya. Jiwa yang bersih akan kembali ke penciptanya yaitu Tuhan.
Ibn maimun seorang filosof Yahudi yang berpaham teisme menyatakan, Tuhan meliputi semua posisi yang penting, tidak berjasad dan tidak berpotensi dan tidak menyerupai makhluk. Dalam hal ini Tuhan sama sekali jauh dari pengetahuan dan pemahaman manusia. Bukti Tuhan memperhatikan nasib makhluknya ialah Dia memberikan ni’mat kepada makhluk bertingkat tingkat.
Kontribusi positif yang terdapat dalam teisme antara lain:
Pertama, hampir semua pemikir, baik ateisme maupun teisme mengakui adanya suatu realitas moral tertinggi yang perlu dianut. Namun, moral ateisme tidak bisa diidentifikasi secara jelas dan diusut asalnya, sedangkan, moral teisme dapat diidentifikasikan dan diusut asalnya, yakni Tuhan.
Kedua, dalam kehidupan yang selalu berubah, teisme menawarkan suatu landasan yang kokoh. Teisme menegakkan standar moral yang universal untuk semua manusia, bahkan untuk semua ras. Standar nilai yang absolut ini mengungguli moral dan tingkah laku yang dibuat oleh manusia yang bersifat relatif dan berubah.
Ketiga, sebagian besar aliran pemikiran menempatkan manusia dalam posisi tertinggi. Teisme meletakkan suatu dasar yang kokoh dalam menghargai manusia, dengan prinsip bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan dan sekaligus wakilnya dimuka bumi. Jadi, dasar ketinggian martabat manusia karena Tuhan menciptakannya lebih tinggi daripada makhluk yang lain.
Keempat, ketika para penganut pendangan nihilisme yang menyimpulkan bahwa hidup adalah sesuatu yang tidak bernilai, teisme menawarkan suatu tujuan tertinggi bagi kehidupan. Teisme mempertegas keberadaan manusia di dunia, dari mana sedang kemana dan mau kemana. Utnuk itu, teisme menawarkan kehidupan yang abadi setelah mati.

Daisme
Kata deisme berasal dari bahasa latin eus yang berarti Tuhan dari akar kata ini kemudian menjadi dewa, bahkan kata Tuhan sendiri masih dianggap berasal dari deus. Menurut faham deisme, Tuhan berada jauh dari luar alam. Tuhan menciptakan alam dan sesudah alam diciptakan, ia tidak memperhatikan dan memelihara alam lagi. Alam berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan ketika proses penciptaan. Peraturan-peraturan tersebut tidak berubah-ubah dan sangat sempurna. Dalam paham deisme, Tuhan diibaratkan dengan tukang jam yang sangat ahli, sehingga setelah jam itu selesai tidak membutuhkan si pembuatnya lagi. Jam itu berjalan sesuai dengan mekanisme yang telah tersusun dengan rapi.
Para penganut deisme sepakat bahwa Tuhan Esa dan jauh dari alam, serta maha sempurna. Mereka juga sepakat bahwa Tuhan tidak melakukan interbensi pada alam lewat kekuatan supernatural. Bagaimanapun, tidak semua penganut deisme setuju tentang keterlibatan Tuhan dalam alam dan kehidupan sesudah mati. Karena itu, atas dasar perbedaan tersebut deisme dapat dibadi atas empat tipe yaitu:
Pertama, Tuhan tidak terlibaat dengan pengaturan alam. Dia menciptakan alam dan memprogramkan perjalanannya, tetapi dia tidak menghiraukan apa yang telah terjadi atau apa yang akan terjadi.
Kedua, Tuhan terlibat dengan kejadian-kejadian yang sedang terlangsung dialam, tetapi bukan mengenai perbuatan moral manusia. Manusia memiliki kebebasan utnuk berbuat baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral, dan jujur atau bohong, semuanya itu bukan urusan Tuhan.
Ketiga, Tuhan mengatur alam dan sekaligus memperhatikan perbuatan moral manusia. Sesungguhnya Tuhan ingin menegaskan bahwa manusia harus tunduk pada hukum moral yang telah dia tetapkan dijagad raya. Bagaimanapun, manusia tidak akan hidup sesudah mati. Ketika seseorang mati, maka babak terakhir kehidupannya ditutup.
Keempat, Tuhan mengatur alam dan mengharapkan manusia mematuhi hokum moral yang berasal dari alam. Pandanganaini berpendapat bahwa ada kehidupan setelah mati. Seseorang yang berbuat baik akan dapat pahala dan yang berbuat jahat akan dapat hukuman. Pandangan tersebut berkembang dan banya dianut di Amerika dan Inggris.
Aspek positif dari deisme adalah peranan akal ditonjolkan dalam deisme untuk memahami masalah-masalah agama secara lebih kritis. Kendati deime memberikan kotribusi yang positif terhadap pemikiran keagamaan, namun disisi lain deisme tidak luput dari kritikan dan kelemahan.

PANTEISME

Panteisme terdiri dari tiga kata, yaitu Pan, berarti seluruh, Theo, berarti Tuhan, dan Ism (Isme), berarti paham. Jadi, Pantheism atau Panteisme adalah Paham bahwa seluruhnya Tuhan.
Panteisme berpendapat bahwa seluruh alam ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah seluruh alam. Tuhan dalam panteisme adalah satu dan sangat dekat dengan alam (imanen), hanya Tuhan mempunyai penampakan-penampakan atau cara berada tuhan di alam. Tuhan dalam panteisme, disamping Esa juga Maha Besar, dan tidak berubah. Alam indrawi adalah ilusi atau khayal belaka karena selalu berubah. Adapun, yang wujud hakiki hanya satu, yakni Tuhan.
Dalam Islam paham ini dikenal dengan nama Wahdat al- wujud (kesatuan wujud) yang dikemukakan oleh al-‘Arabi. Antara paham Wahdat al- wujud dan Panteisme, disamping memiliki persamaan juga ada perbedaan. Dalam Panteisme alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam, sedangkan dalam Wahdat al- wujud alam bukan Tuhan, tetapi bagian dari Tuhan.
Konsep Panteisme yang paling kuno terdapat dalam agama Hindu. Agama Hindu hanya mengakui satu realitas yang tertinggi, yaitu Brahman. Brahman adalah Tuhan yang tidak dapat dilihat dengan mata, diraba dengan tangan, didengar dengan telinga, dan diucapkan dengan lidah. Filosof modern yang mempelopori Panteisme adalah Benedict de Spinoza, dan beberapa tokoh mutaakhir, seperti Victor Ferkiss dan Mary Long.
Letak perbedaan antara Teisme dan Panteisme. Dalam Teisme Tuhan adalah zat yang personal yang menciptakan alam, maka Tuhan dengan alam tidak sama, sebab Tuhan adalah pencipta dan alam adalah hasil ciptaan-Nya, tetapi Panteisme menganggap Tuhan adalah kesatuan umum (impersonal), yang mengungkapkan dirinya dalam alam. Dalam Panteisme segala sesuatu adalah Tuhan, tidak satu pun yang tidak tercakup didalam-Nya dan tidak satu pun yang bisa berada tanpa Tuhan.
Sebagaimana Teisme dan Deisme, Panteisme juga memiliki beberapa kelebihan dan sekaligus kekurangan. Kelebihannya adalah:

Pertama, Panteisme diakui menyumbangkan suatu pemikiran yang menyeluruh (holistic) tentang sesuatu, tidak hanya bagian tertentu saja.
Kedua, Panteisme menekankan imanensi Tuhan, sehingga seseorang selalu sadar bahwa Tuhan selalu dekat dengan dirinya. Dengan demikian, dia mampu mengontrol diri dan berusaha berbuat sesuai dengan ketentuan Tuhan.
Ketiga, Panteisme menegaskan bahwa seseorang tidak mampu memberi batasan terhadap Tuhan dengan bahasa manusia yang terbatas. Jika Tuhan tidak terbatas dan trasenden, semua pembatasan / pengertian harus ditiadakan karena yang tidak terbatas tidak bisa ditangkap oleh sesuatu yang terbatas. Oleh karena, keberadaan Tuhan dalam alam adalah sekaligus untuk memudahkan pemahaman tentang Tuhan.

Kelemahan dari konsep Panteisme ini adalah:
Pertama, Menurut panteisme yang radikal, manusia adalah Tuhan, sedangkan Tuhan dalam pandangan ini tidak berubah dan abadi. Kenyataan manusia berubah dan tidak abadi. Karena itu, bagaimana manusia menjadi Tuhan, ketika manusia berubah, sedangkan Tuhan tidak.
Kedua, Panteisme mengatakan bahwa alam ini adalah maya bukan hakiki. Kalau ini dijadikan pegangan, maka bagaimana halnya dengan lampu lalu lintas, apakah lampu itu maya atau benar-benar real. Kalau berpegang pada Panteisme lampu itu adalah fantasi dan maya, begitu juga mobil-mobil.
Ketiga, Jika Tuhan adalah alam dan alam adalah Tuhan sebagaimana ditegaskan oleh panteisme, maka tidak ada konsep kejahatan atau tidak ada kemutlakan kejahatan dan kebaikan.
Ada empat kemungkinan mengenai kejahatan dan kebaikan:
1. Jika Tuhan sama sekali baik, ,tentu kejahatan berada diluar Tuhan, tetapi hal ini mustahil karena tidak ada yang diluar Tuhan dan Tuhan adalah semuanya.
2. Jika Tuhan jahat, tentu kebaikan berada diluar Tuhan. Ini juga mustahil karena tidak ada yang diluar Tuhan dan Tuhan adalah semuanya.
3. Tuhan adalah baik dan sekaligus jahat. Ini adalah kerancuan berpikir karena ada dua hal yang bertentangan dalam waktu yang sama
4. Kebaikan dan kejahatan adalah ilusi. Kalau itu hanya ilusi, bagaimana seseorang membedakan antara kesedihan dan kegembiraan, antara memuji dan mencaci. Karena itu, moralitas dalam panteime tidak bermakna dan pondasi moral dalam panteisme tidak ada.

PANENTEISME
Panteisme berarti semua adalah Tuhan, tetapi Panenteisme berarti semua dalam Tuhan. Ada beberapa perbedaan antara Teisme klasik dan Panenteisme. Dalam Teisme Tuhan adalah pencipta dari tidak ada, berkuasa atas alam, tidak tergantung pada alam, tidak berubah, dan maha sempurna. Sedangkan dalam Panenteisme, Tuhan adalah pengatur dari materi yang sudah ada, bekerja sama dengan alam, tergantung pada alam, berubah, dan menuju kesempurnaan.
Salah seorang pelopor Panenteisme adalah Alfred North Whitehead, dia seorang filosof dan ahli matematika dari Inggris. Menurut Whitehead, Tuhan bisa diklasifikasikan dalam tiga konsep yaitu:
1. Konsep Asia Timur tentang tatanan yang imperasonal yang sejalan dengan alam. Tatanan ini mengatur sendiri dalam alam; alam tidak tunduk pada suatu aturan. Konsep ini menegaskan imanensi Tuhan.
2. Konsep Semit tentang suatu zat yang personal yang eksistensinya adalah realitas metafisik yang tertinggi, absolut, dan mengatur alam.
3. Konsep Panteistik, yang sudah tergambar dalam konsep Semit. Namun, panteisme berbeda dalam memandang alam. Alam bagian yang terpisah dari Tuhan dan bersifat maya. Realitas hanya Tuhan dan dalam beberapa hal, alam menampakkan diri Tuhan.
Whitehead menolak semua pandangan tersebut. Menurutnya, sebagian besar Gereja-gereja Kristen, adalah munafik karena akal dimodifikasi agar menyatakan kesatuan yang personal, disisi lain ada desakan akan imanensi.
Sebagaimana konsep yang terdahulu, Panenteisme juga tidak luput dari kritikan dari penganut Teisme, antara lain adalah :
1. Ide tentang satu Tuhan yang sekaligus terbatas dan tidak terbatas, mungkin dan tidak mungkin, absolut dan relatif adalah kerancuan berpikir.
2. Ide tentang Tuhan sebagai wujud yang disebabkan oleh diri sendiri menimbulkan problem. Sulit untuk mengakui suatu wujud mampu menyebabkan dirinya sendiri.
3. Sulit untuk dimengerti bagaimana segala sesuatu yang relatif dan selalu berubah, bisa diketahui kebenarannya. Mampukah seseorang mengetahui bahwa sesuatu berubah, tanpa adanya standar yang tidak berubah yang digunakan untuk mengukur perubahan?
Para pendukung Panenteisme menghadapi suatu dilemma. Mereka meyakini Tuhan meliputi semua jagat raya dalam waktu yang sama. Namun, mereka juga meyakini Tuhan terbatas dalam waktu dan ruang. Sesuatu yang terbatas oleh waktu dan ruang tidak mampu berfikir/mengetahui melebihi kecepatan cahaya. Karena jagat raya terlalu luas, maka seseorang yang ingin mengitarinya perlu waktu bertahun-tahun dengan kecepatan 186.000 mil per detik. Oleh sebab itu, mustahil Tuhan yang terbatas oleh waktu dan ruang mampu meliputi semua jagat raya.

Penutup
Dari semua pandangan tentang teisme, deisme, panteisme, dan panenteisme, tidak dapat memuaskan para filosof, dan ketidakpuasan mereka atas berbagai pandangan diatas adalah wajar karena hal itu adalah pernainan logika dan katagori-katagori akal. Lagi pula ruang metafisika terbuka untuk mengadakan spekulasi sebanyak mungkin dan sedalam- dalamnya. Karena itu, menurut penganut agama penjelasan yang sangat memuaskan tentang Tuhan bukan berasal dari akal, tetapi dari wahyu. Wahyulah yang mendatangkan ketenangan dan sekaligus kejelasan tentang Tuhan. Akal hanya sebagai alat bantu untuk memahami wahyu tersebut, bukan sebagai sumber utama.
Baca Selengkapnya...