Syarat Peminangan Rabi'ah Al-Adawiyah  

Posted by Jumhurul Umami


Rabi'ah Al-Adawiyah merupakan tokoh sufi yang dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin, mulai pada saat dia dilahirkan hingga ia tumbuh dewasa. Bapaknya hanyalah seorang pengangguran dan memang memiliki pendirian yang sangat teguh dengan agamanya hingga ketika pada saat detik-detik akhir akan terlahirnya seorang rabi'ah Al-Adawiyah dia telah berjanji tidak akan meminta-minta/memohon kepada orang lain/ciptaan Allah karena dia memiliki pendirian yang teguh bahwasannya hanya Allahlah tempat kita meminta dan memohon.

Dengan bujukan istrinya untuk meminta secarik kain untuk selimut untuk menyelimuti sang jabang bayi dan sedikit minyak untuk menerangi ruhamnya yang gelap gulita akhirnya bapak rabi'ah mendatangi rumah tetangganya dan mengetuk pintu untuk mendapatkan barang tersebut. Setelah beberapa kali mengetok daun pintu rumah tetangganya hingga untuk ketiga kalinya dan tidak ada seorangpun yang membuka pintunya dan akhirnya dia pulang dengan tangan hampa akan tetapi dia juga bersyukur karena dia tidak mengingkari apa yang telah dijanjikan kepada Allah bahwa dia tidak akan meminta-minta kepada seseorang kecuali Allah.
Dengan rasa sedih karena putri keempatnya akan terlahir tanpa sehelai kainpun untuk selimut dan penerangan akan tetapi semuanya tetap disyukuri oleh keluarga miskin Rabi'ah Al-Adawiyah.
Keprihatinan yang menimpa rabi'ah kecil telah menempanya menjadi seorang sufi yang rendah hati. Kesederhanaan dan keteguhan hatinyanya dalam memegang keyakinan beragamannya telah mengantarkan dia kepada CINTA ILAHIYAH diatas segalanya, tiada seorangpun yang dicintainya kecuali Allah. Hingga ada beberapa ulama besar yang datang kepada rabi'ah dan ingin meminangnya, diantaranya adalah Hasan Bashri, Malik bin Dinar dan Tsabit al-Banani.
Dalam kisahnya Hasan memulai pembicaraan dan berkata "wahai rabi'ah, nikah itu merupakan sunnah Rasulullah SAW, untuk itu silahkan engkau memilik salah seorang diantara kami sebagai calon suamimu." Rabi'ah berkata "baiklah tuan-tuan yang terhormat namun aku berhak mengajukan syarat. Selama ini aku mempunya beberapa permasalahan, barangsiapa diantara kalian yang mampu memecahkan permasalahan itu, dialah yang berhak menikahi diriku, ". Rabi'ah kemudian melontarkan masalahnya yang b\pertama kepada Hasan Al-Bashri untuk memecahkannya.
"Menurut tuan, kelak di hari kiamat aku termasuk golongan mana? apakah aku termasuk golongan yang akan masuk neraka atau yang akan masuk surga?", Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti". Lalu Rabi'ah berkata lagi, "Menurut tuan, aku ini termasuk manusia yang celaka atau manusia yagn bahagia, ketika Allah SWT menciptakan diriku dalam kandungan ibuku?", Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti". Pertanyaan berikutnya, "Menurut tuan, aku termasuk golongan yang mana ketika seseorang diseru nanti, apakah golongan yang diseru "janganlah kamu gentar atau bersedih", ataukah golongan yang akan diseru, "Tidak akan ada rasa gembira bagimu"? Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti". Selanjutnya, "Menurut tuan, kuburanku nanti termasuk taman surga atau galian neraka?" Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti". Kemudian "Menurut tuan, wajahku kelak dihari kiamat termasuk wajah yang putih berseri ataukan wajah yang hitam kelam dan bermuram durja?" Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti". Lalu Rabi'ah menyampaikan pertanyaan yang terakhir "Menurut tuan, aku termasuk golongan yang mana kelak dihari kiamat, ketika masing-masing manusia dipanggil, 'Fulan bin fulan bahagia, ataukah dipanggil 'Fulan bin fulan celaka'?" Hasan menjawab "maaf, mengenai masalah itu aku tidak tahu pasti" sambil menahan malu.
Akhirnya ulama'-ulama' tersebut pulang dari rumah Rabi'ah dengan tangan hampa dan penuh penyesalan, tidak ada satu orangpun yang mendapatkan hati Rabi'ah sang Sufi agung dengan CINTA ILAHIYAH-nya. Kecintaan Rabi'ah terhadap Allah mengalahkan segalanya yang ada didunia. Dari sekian banyak tokoh sufi yang ada hanya Rabi'ah Al-Adawiyahlah yang hingga saat ini tidak ditemukan karyanya tentang konsep Mahabbah sufi yang dianutnya padahal banyak sekali karya-karya setelah dia yang menulis konsep pemikiran Mahabbah Rabi'ah Al-Adawiyah

This entry was posted on Sunday, March 8, 2009 at 9:25 AM . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 comments

Post a Comment